Islam pada hakikatnya datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan membawa mudlarat di dalam kehidupanya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Budaya asing yang masuk ke Indonesia
menyebabkan multi efek. Budaya Indonesia perlahan-lahan semakin punah.
Berbagai iklan yang mengantarkan kita untuk hidup gaul dalam konteks
modern sehingga memunculkan banyaknya kepentingan para individu yang
mengharuskan berada diatas kepentingan orang lain.
Akibatnya terjadi sifat individualisme
semakin berpeluang untuk menjadi budaya kesehariannya. Ini semua
sebenarnya terhantui akan praktik budaya yang sifatnya hanya memuaskan
kehidupan semata. Sebuah kebobrokan ketika bangsa Indonesia telah pudar
dalam bingkai kenafsuan belaka berprilaku yang sebenarnya tidak
mendapatkan manfaat sama sekali jika dipandang dari sudut keislaman.
Artinya di zaman sekarang ini manusia hidup dalam tingkat hedonisme yang
sangat tinggi berpikir dalam jangka pendek hanya mencari kepuasaan
belaka dimana kepuasaan tersebut yang menyesatkan umat Islam untuk
berprilaku.
Kebudayaan memperoleh perhatian yang
serius dalam Islam karena mempunyai peran yang sangat penting untuk
membumikan ajaran utama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat
Islam. Sebagimana paparan di atas bahwa kebudayaan Islam merupakan
kebudayaan yang sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma Islam, maka
prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam
yaitu; Pertama, menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun
kebudayaan baru. Oleh karenanya kebudayaan Islam menempatkan akal pada
posisi terhormat. Kebudayaan Islam tidak akan menampilkan hal-hal yang
dapat merusak akal manusia. Prinsip ini diambil dari firman Allah:
”Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (
kebesaran Allah) bagi orang yang berakal” (Q.S.Al-Imran,3:190).
Kedua, memotivasi untuk menuntut dan
mengembangkan ilmu. Dengan semakin berkembangnya ilmu seseorang maka
dengan sendirinya kebudayaan Islam akan semakin maju. Hal ini senada
dengan dengan firman Allah Swt :
“Hai orang-orang beriman apabila
kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadallah 58:11).
Ketiga, menghindari taklid buta.
Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan umat Islam manusia untuk tidak
menerima sesuatu sebelum diteliti, tidak asal mengikuti orang lain tanpa
tahu alasanya, meski dari kedua orang tua atau nenek moyang sekalipun.
Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt :
“Dan janganlah kamu mengikuti
sesuatu yang tidak kamu ketahui karena pendengaran, penglihatan dan hati
nurani semua itu akandiminta pertanggungjawabanya” (Q.S.Al-Isra 17:36).
Keempat, tidak membuat kerusakan.
Kebudayaan Islam boleh dikembangkan seluas-luasnya oleh manusia itu
sendiri, namun tetap harus mempertimbangkan keseimbangan alam agar tidak
terjadi kerusakan di muka bumi ini. Sebagaimana firman Allah Swt :
”Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S.Al-Qashash 28:77).
Manusia diberi kebebasan oleh Allah
untuk mengolah, mengelola dan memakmurkan bumi tempat dia tinggal.
Manusia dipersilahkan untuk mengembangkan kebudayaan sesuai dengan
kapasitasnya sebagai hamba dan khalifah di muka bumi ini, tentunya
dengan batasan-batasan yang ditetapkan syariat Islam.
Dengan demikian, pesan normatif dan
realita sempirik yang hadir dari proses perjalanan sejarah agama ini,
telah mendorong penyebarannya yang begitu pesat dan bergerak cepat
keberbagai belahan dunia, hingga Islam sebagai ajaran tauhid ini sampai
pula dan telah dianut kuat oleh masyarakat Indonesia. Islam bukan hanya
mewarnai dan memberi arah perjuangan bangsa ini hingga mencapai
kemerdekaannya tetapi lebih jauh Islam merekatkan wilayah-wilayah
nusantara dalam kultur keIndonesiaan yang kuat, yang kelak menjadi modal
utama integrasi bangsa dan sebagai transformator masyarakat. Ini
berarti keislaman dan keindonesiaan telah demikian menyatu.
Persenyawaan keislaman dan keindonesiaan
ini telah membangun jati diri bangsa, sehingga tidak bisa dipungkiri
dan tidak ada alasan bagi masyarakat bangsa Indonesia ini bersikap
gamang dan galau apalagi kehilangan arah dan pegangan dalam menghadapi
globalisasi dalam dewasa ini. Karena itu, kini saatnya untuk menggali
jati diri kita sendiri sebagai umat muslim Indonesia. Sebab ini akan
makin meneguhkan identitas kita sebagai bangsa Muslim terbesar yang
berperadaban yang luhur dan berintegritas tinggi. Dengan modal ini maka
masyarakat Indonesia ini akan kembali bangkit dengan penuh percaya diri
dihadapan globalisasi yang tak terelakkan. Agama memberikan warna pada
kebudayaan, sedangkan kebudayaan memberi kekayaan terhadap agama.
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar