Selasa, 30 April 2013

Tips Berhenti Merokok

Tips Berhenti Merokok

 
  1. Mengunyah permen karet tanpa gula.
  2. Menelepon teman.
  3. Ngemil biji bunga matahari yang sehat.
  4. Nonton bioskop.
  5. Jalan-jalan atau olahraga.
  6. Mengingatkan dirimu sendiri mengapa ingin berhenti.
       Sumber:Lazuardi Birru

Senin, 29 April 2013

Maulid dan Risalah Kenabian Muhammad SAW

 

Seiring berakhirnya bulan Safar, kaum Muslimin sudah bersiap menyambut bulan Rabiul Awal atau lebih dikenal dengan bulan Maulud yang merupakan bulan kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW. Para sejarawan dan ulama sepakat bahwa Muhammad putra dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthallib dan Siti Aminah lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal pada tahun Gajah (570 M) atau bertepatan dengan 20 April 570. Penyebutan tahun Gajah yang menjadi tanda kelahiran Muhammad berkaitan dengan peristiwa besar waktu itu di mana kota Mekah diserang Abrahah beserta tentaranya yang berpusat di Yaman untuk menghancur-leburkan Ka’bah beserta peradaban kota Mekah. Tujuannya untuk mengalihkan pemusatan ibadah dan perziarahan bangsa Arab di Mekah, dengan menggantinya di Yaman. Namun, Allah punya kehendak lain. Bala tentara Abrahah yang gagah perkasa mengendarai gajah-gajah dibuat kocar-kacir oleh burung Ababil dengan lontaran batu-batu kecil yang panas.

Sebelum Muhammad lahir, ayahnya, Abdullah telah wafat, sehingga beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Sedangkan yang menyusui beliau ialah seorang perempuan bernama Halimatus Sa’diyah. Sepeninggal kakeknya, pengasuhan atas Muhamad beralih ke tangan pamannya, Abu Thalib.

Kelahiran sosok Muhammad sangat kuat diidentikkan dengan kebangkitan agama Ibrahimi atau samawi, atau lebih tepatnya sebagai detik kebangkitan ajaran keselamatan untuk seluruh umat manusia. Tidak berlebihan jika umat Muslim sangat mengagungkan sosok Nabi Muhammad yang telah diamanatkan untuk menjadi seorang pembawa risalah langit. Allah sendiri mengabadikan kehadiran beliau sebagai rahmat dan berkah, sehingga memerintahkan para malaikat-Nya memberikan shalawat kepada beliau. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Alquran, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab: 56).

Oleh karenanya, umat Muslim sering memeringati tanggal kelahiran Nabi tersebut dengan memperbanyak shalawat sembari mengharap syafa’at-nya kelak di hari akhir. Tidak berhenti pada itu saja, umat Muslim memeringati kelahiran Nabi juga untuk mengambil hikmah atau pelajaran baik atas kehadiran Nabi sebagai manusia ataupun sebagai rasul untuk diteladani amal baiknya serta ditaati segala risalah kenabian yang dibawanya.

Risalah Kenabian Muhammad
Sebelum kenabian Muhammad, negeri Arab bukanlah sebuah wilayah dengan peradaban tinggi sebagaimana negeri lain seperti Romawi, Mesir, Persia, Yunani, China atau India. Tetapi, mengapa risalah kenabian terakhir tidak diturunkan di negeri-negeri yang berperadaban agung tersebut. Allah memilih jazirah Arab sebagai tempat risalah terakhir kenabian tentunya bukan tanpa alasan. Jazirah Arab merupakan negeri yang tandus dengan hamparan gurun pasir panas yang sulit ditaklukkan oleh imperium-imperium besar di sekitarnya, seperti Imperium Romawi yang beragama Kristen dan juga Imperium Persia yang beragama Majusi. Alasan kedua, masyarakat Arab secara sosial merupakan masyarakat kesukuan yang gemar berperang untuk memperebutkan kekuasaan wilayah. Ketiga, masyarakat Arab menganut beragam agama nenek moyang. Di antara mereka ada yang menyembah berhala, ada juga kelompok yang menyembah bintang, atau benda langit lainnya. Sebagian lagi memilih agama Abrahamic seperti Yahudi dan Kristen karena mempunyai anggapan bahwa agama nenek moyang mereka sesat.

Kenabian Muhammad, sebagaimana para nabi atau rasul sebelumnya, adalah sebagai penyempurna terhadap risalah kenabian sebelumnya. Namun, yang sangat spesial, kenabian Muhammad selain menjadi penyempurna juga sebagai penutup risalah kenabian. Disebutkan sebagai penyempurna risalah kenabian karena nabi-nabi terdahulu sejak Adam AS, sama-sama membawa risalah tauhid, yaitu ajaran mengesakan Allah SWT. Para nabi dan rasul diutus untuk umat tertentu dengan membenarkan risalah kenabian sebelumnya serta memberikan kabar akan kehadiran nabi sesudahnya. Hal tersebut berlangsung dari masa ke masa, hingga sampilah pada risalah terakhir, risalah paling sempurna yang diemban oleh Rasulullah Muhammad SAW. Hal tersebut ditegaskan Allah dalam firmannya dalam Alquran, “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang diwasiatkan-Nya kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu tegakkan agama, dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya” (QS. Al-Syura: 13).
Di antara prinsip-prinsip utama dalam risalah yang dibawa Nabi Muhammad adalah ajaran persamaan manusia di hadapan Allah. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam QS. Al-Hujurat: 13, bahwa manusia diciptakan dengan segala macam perbedaan. Meskipun berbeda dalam jenis kelamin, suku, bangsa dan segala macam perbedaan, manusia berposisi sama di hadapan Sang Khaliq. Satu-satunya hal yang membedakan manusia di hadapan Allah adalah tingkat ketakwaannya. Ajaran persamaan derajat manusia juga diperkuat dengan hadis Rasulullah yang berbunyi, “Sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan bapak kalian juga satu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang non-Arab, tidak juga orang non-Arab atas orang Arab, tidak juga orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, tidak juga orang berkulit hitam atas orang berkulit merah, kecuali dengan ketakwaan” (HR. Ahmad). Risalah equality ini mendobrak tatanan masyarakat Arab yang saat itu memlihara sistem perbudakan. Dalam perjalanan dan perkembangannya, Islam sangat menentang sistem perbudakaan dan mempromosikan sikap memerdekakan budak.

Seruan Nabi Muhammad untuk memerdekakan budak sebagai bentuk penegakan nilai persamaan dan kebebasan manusia dilandaskan atas perintah Allah dalam Alquran, “Maka hendaklah kalian mengadakan mukâtabah (seorang hamba yang meminta dimerdekakan oleh tuannya dengan cara menebus dirinya) dengan mereka jika engkau mengetahui bahwa di sana ada kebaikan..” (QS. An-Nur: 33).
Risalah yang tidak kalah pentingnya dengan persamaan manusia dalam Islam adalah ajaran keadilan. Al-‘adalah merupakan salah satu risalah penting untuk perbaikan tatanan masyarakat Arab.

 Begitu pentingnya nilai keadilan ini sehingga tidak hanya berlaku bagi masyarakat Muslim saja namun juga seluruh umat manusia. Risalah ini termaktub dalam Alquran, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Maidah: 8).
Risalah keadilan pulalah yang mengantarkan Nabi Muhammad sukses membangun masyarakat Madinah yang plural hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan. Sebagaimana diketahui saat Nabi hijrah ke Madinah tidaklah mudah membangun peradaban di sana. Madinah adalah wilayah yang penduduknya sangat plural baik dari segi suku maupun agama. Risalah keadilan dalam Islam yang diamanatkan kepada Nabi termanifestasikan dalam sebuah dokumen kesepakatan warga, Piagam Madinah. Pihak-pihak yang menyepakati tidak lain adalah penduduk Madinah yang plural itu. Mereka menyatu sebagai ummah wahidah, umat yang menyatu, yang terdiri atas muhajirun, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam, dan suku-suku Arab yang mengikuti mereka, bergabung dengan mereka dan berjuang bersama mereka. Selain pengikut Muhammad dan Yahudi, suku-suku Arab yang politeis juga bergabung menyetujui Piagam Madinah. Konsekuensinya, semua yang bernaung dalam konvensi ini mendapatkan keadilan yang sama, hak-hak sosial ekonomi budayanya juga dijamin secara konstitusi. Tidak ada penomorsatuan dan kelompok yang termarginalkan. Hal itu menunjukkan betapa kuatnya prinsip keadilan yang dikandung Islam dalam membangun tatanan masyarakat sipil yang berkeadilan.

Sebagai pengemban risalah kenabian dan kerasulan, pribadi Nabi Muhammad memiliki berbagai dimensi yang merupakan perpaduan antara sisi kemanusiaan dan sisi ketuhanan. Nabi Muhammad ialah manusia biasa yang dalam kapasitasnya sebagai makhluk Allah terikat dengan hukum alamiahnya sebagai manusia, yaitu lahir, berkembang dan meninggal dunia. Namun, dalam kapasitasnya sebagai utusan Allah, beliau merupakan pembawa risalah langit, ajaran ilahiyah, yang diberikan kelebihan dibandingkan dengan manusia lainnya.

Tidak hanya dari segi ucapan yang halus dan santun, budi pekerti beliau juga mencerminkan kepribadian yang berakhlak mulia sehingga sangat pantas dijadikan teladan. Beliau dikenal memiliki empat sifat yang menjadikannya manusia sempurna di mata Allah. Sifat pertama adalah sidiq, yaitu jujur, benar. Sifat yang kedua adalah terpercaya atau amanah. Dari sifatnya ini, beliau diberi gelar al-amin, yaitu orang yang terpercaya atau yang mampu mengemban amanat. Beliau dipercaya menjadi pemimpin umat. Sifat ketiga yang melekat dalam diri Nabi adalah tabligh, yang berarti menyampaikan. Yang disampaikan tentu saja risalah Islam. Sifat keempatnya adalah fatonah atau cerdas. Nabi terekam dalam sejarah memiliki kecerdasan dalam berbagai hal baik dalam berdagang, berdiplomasi maupun berperang.

Oleh karena itu, sebagai umatnya kita harus bisa melihat dengan jernih kapan beliau berkapasitas sebagai Nabi dan kapan bersikap seperti manusia pada umumnya. Itu semuanya tidak lain dalam rangka mengambil suri tauladan untuk peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Sumber:Lzauardi Birru

Minggu, 28 April 2013

Bersatu Mengecam Israel

 

Israel kembali berulah biadab. Sedianya pada tanggal 5-6 kemarin, di Ramallah Palestina akan diselenggarakan Konferensi Luar Biasa Tingkat Menteri Luar Negeri Gerakan Non-Blok. Ada 13 menteri yang direncakan hadir dalam pertemuan tersebut untuk membahas langkah-langkah dukungan terhadap Palestina yang akan dibawa ke sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB) pada bulan September mendatang.

Namun demikian, mendadak acara tersebut dibatalkan. Hal itu disebabkan karena lima menteri luar negeri (dari 13 menteri yang akan datang) ditolak melintasi daearh Israel untuk bisa sampai ke Ramallah. Mengingat Israel tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan kelima negara asal lima menteri tersebut, yaitu Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Kuba dan Aljazair.

Inilah Israel untuk kesekian kalinya mempermainkan Palestina dan negara-negara yang mendukung kemerdekaannya. Bahkan kali ini Israel telah memermalukan lima negara yang selama ini secara konsisten mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, khususnya Indonesia.

Secara khusus, Indonesia harus bersikap tegas atas perbuatan semenan-mena Israel. Karena perbuatan tersebut telah merendahkan, mencoreng nama baik dan menihilkan kedaulatan bangsa. Sikap tegas ini bisa dilakukan dalam bentuk kebijakan tegas sejumlah lembaga negara terkait dengan kepentingan Israel.

Secara umum, insiden ini sejatinya dijadikan sebagai momentum oleh negara-negara Arab dan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim untuk bersatu mengecam kebiadaban Israel. Sebagaimana insiden ini sejatinya dijadikan sebagai momentum untuk membulatkan tekad dan merapatkan barisan dalam rangka mengawal Palestina mendapatkan kemerdekaannya.

Harus diakui bersama, kekompakan dan persatuan yang sejati di kalangan negara-negara Arab dan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim dalam menekan Israel sekaligus mendukung kemerdekaan Palestina masih sangat lemah. Di depan publik, sebagian dari negara-negara tersebut beringas mengecam pelbagai macam kebiadaban Israel. Tapi di belakang, sebagian dari negara tersebut justru bekerjasam dengan Israel. Demikian juga, sebagian dari negara-negara itu bersikap tegas terhadap Israel dalam bentuk tidak menjalin hubungan diplomatik dengan negara Yahudi itu. Tapi sebagian negara lain justru mempunyai hubungan diplomatik yang sangat erat dengan Israel.

Inilah titik lemah dari negara-negara Arab dan negara-negara bernduduk masyoritas muslim selama ini, khususnya dalam konteks dukungan atas perjuangan kemerdekaan Palestina. Akibat kelemahan ini, Israel tidak merasa takut dan gentar untuk terus melakukan aksi brutal terhadap para pejuang Palestina, baik pejuang dari internal Palestina maupun pejuang dari luar (termasuk lima menteri tersebut di atas). Apalagi Israel kerap mendapatkan dukungan yang sangat tidak adil dari Amerika Serikat (AS) dan sebagian negara Eropa.

Sebagai negeri kecil yang berada di tengah negara-negara Arab-Islam, persatuan dan kekompakan akan sangat efektif untuk menekan Israel. Hingga Israel tidak terus melakukan politik semena-mena, khususnya terhadap Palestina.

Persoalannya adalah, sebuah negara mungkin keras terhadap Israel, bahkan tidak mempunyai hubungan dilomatik. Tapi pada waktu yang bersamaan negara tersebut sangat tergantung kepada AS. Sedangkan AS kerap disebut oleh sebagian pengamat sebagai “Israel Besar” atau Israel tak lain adalah “AS Kecil”.

Jumat, 26 April 2013

Islam Agamaku Yang Indah


 

Maha suci Allah, Maha indah Allah, karena pada hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk dapat merasakan segala nikmat yang Allah turunkan kepada kita. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, yang namanya selalu terukir indah dalam Al quran, yang kegagahannya tak pernah dapat tertandingi oleh siapapun, dialah nabi besar kita Muhammad saw.

Dan bila kita bicarakan tentang keindahan agama Allah, maka tidak akan pernah ada habisnya. Karena dengan kasih sayangNya lah Dia menciptakan bumi ini dengan segala pernak-pernik yang indah di dalamnya. Tidak berhenti disitu saja, bahkan Allahpun dapat membuat pernak-perniknya tampak indah, menarik bahkan menakjubkan. Segala yang kita miliki, segala yang kita dapati adalah milikNya dan sudah menjadi ketentuanNya. Tidak ada kebetulan, melainkan sesungguhnya Allah telah mencatat scenario kehidupan masing-masing umatnya yang dibantu oleh para malaikat-malaikat agung yang selalu tunduk dan patuh terhadap perintahNya. Ketika kita sedang mencari kerja atau menginginkan sesuatu kemudian datanglah keinginan itu, atau segala apapun yang kita inginkan itu, maka itu bukan kebetulan melainkan sudah menjadi ketentuan dari Nya. Sehingga tidak ada sedikit nikmatpun yang dapat luput dariNya sampai setiap hembusan nafas kitapun Allah tahu. Apakah sudah ada yang pernah berhitung berapa banyak nafas yang dapat kita hembuskan dari sejak awal kita dilahirkan sampai saat ini? Belum ada yang mampu, tapi atas kebesaran dan keagunganNya Allah dapat mengetahuinya, berapa jumlah nafas yang sudah dihembuskan oleh seluruh manusia di dunia ini dari sejak ia dilahirkan sampai detik ini.

Selain dari nikmat ada beberapa lagi anjuran dalam islam ini yang dapat kita renungi dan ambil hikmahnya, yakni :
Diwajibkannya zakat dan disunnahkannya shadaqoh ; (QS. At Taubah : 60)
[647] Yang berhak menerima zakat Ialah: 

1.  Orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 

2.   Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. 

3.   Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 

4.  Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 

5.   Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

6.   Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 

7.   Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 

8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
Zakat dan shadaqoh adalah dua anjuran untuk kita agar dapat menyisihkan sebagian harta kita. Dengan berzakat, akan membuat harta yang kita dapati menjadi lebih bersih. Dan dengan shadaqoh kita akan merasakan betapa indahnya bisa berbagi dengan sesama. Sesungguhnya tidak ada satu halpun yang tidak ada manfaatnya, begitupun Allah mewajibkan zakat kepada kita dan disunnahkannya shadaqoh tiada lain agar kita dapat saling peduli, dan dapat menyadari bahwa sesungguh semua harta benda yang kita dapati di dunia ini adalah titipan semata. Dan semakin menyadarkan bahwa ini merupakan ujian nikmat dari Allah yang akan dimintai pertanggung jawabannya. Bersyukurlah kita bila diberikan ujian kenikmatan oleh Allah, dan berarti kita harus bisa menjaga segala kepercayaan yang telah Allah berikan dan dapat mempertanggung jawabkannya di dunia dan di akhirat. Begitupun bila kita ditakdirkan menjadi orang yang tidak mampu, beruntunglah! Karena sesungguhnya Allah Maha tahu siapa saja hambaNya yang lebih kuat menerima ujian ini, dan tetaplah istiqamah dalam keyakinan terhadap Allah bahwa Allah selalu melihat, mendengar, dan mengetahui segala gerak-gerik kita. Ingatlah bahwa dunia ini hanyalah sebuah persimpangan. Tetap bersabar dan ikhlas.

Diwajibkannya berpuasa pada bulan suci ramadhan :
Firman Allah dalam surat Al Baqarah: 183 :
Alangkah indahnya apabila bulan ini telah datang begitupun Allah senantiasa melipat gandakan segala macam perbuatan. Puasa membawa kenikmatan tersendiri, karena dengan puasa kita dapat melatih diri kita untuk lebih dekat dengan Allah, sesungguhnya Allah telah memberikan dua kebahagiaan kepada orang yang berpuasa, yakni ketika telah tiba waktunya berbuka dan nanti ketika bertemu dengan Allah di syurga. Sahal bin sa’ad r.a. berkata: Nabi saw. Bersabda:
“sesungguhnya di syurga ada pintu bernama AR-ROYYAN tempat masuk dari padanya orang-orang yang puasa pada hari kiamat, tidak dapat masuk dari pintu itu kecuali orang yang berpuasa, dipanggil oleh penjaganya: “dimana orang-orang yang telah berpuasa?” dan tidak dapat masuk disitu kecuali mereka saja, dan jika telah selesai maka ditutup, dan tiada masuk selain mereka saja.”   (HR. Bukhari dan Muslim).

Diwajibkannya shalat yang lima waktu ;
“Shalat adalah tiangnya agama”. Bagaimana jika kita membuat rumah tanpa tiang penyangga? pastilah rumah itu tidak akan dapat berdiri. Begitupun dengan keislaman kita akan runtuh jika shalat tidak dijadikan sebagai tiang penyangga keimanan kita. Dan shalatpun merupakan amalan hal pertama yang akan dihisab di akhirat nanti. Jika kita dapat mempelajari dan merenungkan betapa banyak rahasia dalam shalat. Dari mulai gerakan dan doa yang dibaca mempunyai manfaat bagi jiwa dan raga kita.

Disunnahkannya shalat pada pertengahan malam ;
Begitu indahnya aturan dan anjuran yang telah Allah terapkan dalam agamaNya, tak pernah ada satu aturanpun yang sesungguhnya menjerumuskan kita. Namun sebaliknya semua aturan yang dibuat olehNya adalah demi untuk kebaikan kita. Allah melarang kita untuk meminum-minuman keras, bukan semata-mata untuk membatasi namun justru sudah terbukti bahwa bahaya meminum-minuman keras dapat membahayakan kesehatan kita. Begitupun Allah melarang kita untuk berkhalwat atau bergaul bebas dengan lain jenis adalah untuk mencegah kita terhadap dampak negative yang akan merugikan bagi diri kita, dan dampak itu sudah terbukti dengan timbulnya penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan akibat dari pergaulan bebas ini. 

Shalat pertengahan malam atau 1/3 malam adalah merupakan waktu dibukanya pintu-pintu langit dan waktu lengang dalam kehidupan, dimana alam dalam keadaan tenang dan sepi yang  dapat memudahkan kita untuk dapat merasa lebih dekat dengan Allah, dan kitapun dapat merasakan begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Dan waktu inilah yang dimanfaatkan oleh Allah untuk dapat melihat siapakah hambanya yang benar-benar ikhlas mencintaiNya. Sehingga pada waktu ini Allah lebih mendengarkan permintaan ataupun taubat dari hamba-hambanya. Ada sebuah riwayat yang mengkiaskan keistimewaan dari bangun tengah malam untuk mengerjakan shalat pertengahan malam (tahjjud, dsb): “sesungguhnya dua raka’at tengah malam itu lebih baik dari pada dunia dan isinya”. Maksud lebih baik dari dunia dan isinya ini adalah karena harta dan segala isinya ini hanyalah sebagai hiasan semata, dan tidak akan pernah kita bawa mati. Sekaya apapun, dan sehebat apapun manusia didunia, itu tidak akan menjadi jaminan ketenangan dalam kubur dan di alam akhirat nanti. Namun, yang akan menyelamatkan dan menolong didalam kubur dan dialam akhirat adalah amal perbuatan baik kita selama didunia. Dan Shalat malam merupakan ibadah yang besar pahalanya.

Diwajibkan untuk dapat berbuat baik terhadap orang tua, saudara dan terhadap tetangga ;
Orang tua, saudara dan tetangga adalah makhluk ciptaanNya yang selalu berada dekat dalam kehidupan kita. Sehingga Allah pun menyuruh kita untuk dapat berbuat baik kepada mereka terutama berbuat baik terhadap orang tua. 

Mengenai perilaku baik terhadap orang tua ini, Rasulullah saw. telah bersabda: “keridhoan Allah ada pada keridhoan orang tua, dan kemurkaan Allah pun ada pada kemurkaan orang tua.” Begitulah islam memerintahkan kita untuk dapat berbuat baik terhadap mereka. Telah banyak kisah seseorang yang sukses akibat berkah dari doa dan restu orang tua. Maka dari itu, berhati-hatilah dalam bersikap terhadap orang tua. Turutilah perintahnya yang baik dan tidak menyesatkan. Jangan pernah sekali-kali untuk melukai hatinya, walaupun mereka terkadang telah melukai hati kita, namun jangan pernah sekali-kali kita untuk dapat berbalik melukai hati mereka lebih baik kita pergi berlalu dari pada kita harus menimpali perkataan yang akan membuat hati mereka terluka. Allahpun telah berfirman:(Q.S Al-Isra : 23-24)
 [850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak di bolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Adanya sesuatu yang dilarang ;
Mengenai sesuatu yang dilarang ataupun yang tidak diperbolehkan ini adalah segala hal yang terkadang membuat hati kita tertarik untuk mencoba ataupun untuk melakukannya. Karena memang dengan seperti itulah iblis bisa menjerumuskan manusia ke dalam neraka, contoh besar sesuatu yang dilarang itu ialah :
-     Syirik, merupakan dosa terbesar yang tidak akan pernah diampuni oleh Allah.

-      Zinnah, memang dalam aturan islam zinnah tidak harus selalu ‘hubungan badan yang dilakukan oleh manusia yang berlainan muhrim. Namun zinnah dalam islam selain seperti itu juga ada yang disebut dengan zinnah anggota badan misalnya zinnah mata, yang berarti segala sesuatu penglihatan yang ditujukan untuk melihat hal-hal yang menuju kearah zinnah atau memang zinnah itu sendiri, seperti yang sudah menjadi trend di zaman sekarang adalah video-video porno yang banyak diobral diinternet.

-      Meminum-minuman keras. Ini merupakan sebuah ujian dari Sang Khaliq untuk dapat melihat siapakah hambaNya yang dapat bertahan dan membuktikan bahwa dia akan lulus melewati ujian ini. Karena sesungguhnya dunia ini hanyalah sebuah ujian dan penjara bagi hamba-hamba Allah yang dapat berfikir.
Begitulah Allah memberikan perintahNya kepada hamba-hambaNya sebagai cara untuk membuktikan siapa saja yang berhak untuk dapat memasuki syurgaNya.
 
Wallahu‘alam bissawwab Wallahu’alam bil muradhi.

Jumat, 19 April 2013

GUS DUR


 

Gus Dur adalah panggilan akrab K.H. Abdurrahman Wahid. Ia adalah anak pertama dari K.H. Abdul Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pada tahun 1952. Gus Dur keturunan ulama terkenal dari Jombang, Jawa Timur, K.H. Hasyim Asy’ari, ayahanda KH Abdul Wahid Hasyim. K.H. Hasyim Asy’ari adalah pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur; dan juga pendiri Jam’iyyah, —organisasi kemasyarakat— Nahdlatul Ulama, disingkat NU, pada tahun 1926. K.H. Hasyim Asy’ari dipanggil Hadhratus Syaikh, yang berarti Tuan Guru yang mulia. Panggilan ini merupakan tahrîman, penghormatan para kyai dan santri kepada seorang ulama yang dianggap sebagai guru besar mereka. Hadhratus Syaikh merupakan panggilan khusus bagi Mbak Hasyim, sedangkan Gus merupakan panggilan kehormatan bagi putra seorang kyai yang disegani oleh para santri dan masyarakat; sedangkan Dur adalah panggilan keseharian Abdurrahman. Tidak hanya K.H. Abdurrahman Wahid yang dipanggil Gus, tetapi juga K.H. Mustafa Bisri yang dipanggil Gus Mus, dan K.H. Hamim Jazuli yang dipanggil Gus Miek.

Gus Dur yang nama aslinya Abdurrahman ad-Dakhil termasuk anak yatim. Ayahnya wafat di Cimahi, Bandung, setelah mobil yang dinaikinya tabrakan maut pada 1952. Gus Dur satu-satunya penumpang yang selamat dalam kecelakaan tersebut. Gus Dur mengikuti pendidikan di pesantren. Kuliah di Universitas Bagdad dan Universitas Al-Azhar Cairo. Gus Dur pernah menjadi dosen di Universitas Darul Ulum Jombang; menjadi pengurus NU hingga terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar NU tahun 1984. Gus Dur dikenal sebagai kyai yang berwawasan luas. Penulis produktif, pengamat politik dan sosial; budayawan, pengamat sepak bola, tokoh penggiat gerakan demokrasi dan toleransi beragama. Pandangan keislaman Gus Dur mendahului zamannya, bahkan tidak sejalan dengan pandangan ulama NU yang menjadi basis sosial politiknya. Oleh kalangan bawah NU, Gus Dur diyakini sebagai waliyullah. Gus Dur menganjurkan umat Islam Indonesia membumikan Islam; antara lain dengan mengganti ucapan “Assalamu’alaikum” dengan Selamat Pagi, Selamat Siang atau Selamat Malam. Gus Dur bersama tokoh cendekiawan Muslim seperti Nurcholish Madjid pada 1997 meminta Presiden Soeharto mengundurkan diri setelah gerakan pro demokrasi yang menghendaki perubahan makin meluas di seluruh wilayah Indonesia. Setelah Orde Baru jatuh pada 1998, Gus Dur mendeklarasikan Partai Kebangkitan Bangsa dan terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia ke-4 menggantikan BJ. Habibie. Gus Dur wafat pada 2009 dan dimakamkan di Jombang.


Kamis, 11 April 2013

MENELADANI KEBIJAKSANAAN UMAR BIN ABDUL AZIZ




 Pada suatu malam seorang presiden bekerja di kantornya untuk urusan negara. Tiba-tiba, putranya datang untuk urusan keluarga. Sebelum pembicaraan berlangsung lama, sang presiden bertanya kepada anaknya, “Wahai anakku, apakah kamu hendak membicarakan urusan negara ataukah kamu ingin membicarakan urusan keluarga denganku?” Sang anak menjawab, “Saya akan membicarakan urusan keluarga, Ayah.” Maka seketika sang presiden memadamkan api dan mereka berbicara dalam kegelapan. Ketika ditanya mengapa lampu dipadamkan, ia menjawab bahwa pembicaraan mereka adalah urusan keluarga yang tidak ada sangkut pautnya dengan negara, sedang minyak yang dipakai untuk menerangi tempatnya bekerja itu adalah dibeli dengan uang negara.

Itulah sepenggal kisah kebaikan kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Kedudukannya sebagai pemimpin negara tidak menjadikannya buta dan serakah terhadap kenikmatan dunia. Posisinya yang sangat dekat dengan surga dunia sama sekali tidak menjadikannya merasa berkesempatan untuk memanfaatkan segala kemudahan yang diberikan kepadanya. Begitulah sosok pemimpin kharismatik dan dekat dengan rakyat, Umar bin Abdul Aziz.

Umar bin Abdul Aziz ialah khalifah ke-8 Dinasti Umayah yang berpusat di Damaskus. Ia memerintah selama 3 tahun (717-720 M). Ia dikenal bijaksana, adil dan jujur, sederhana, alim dan wara, serta tawadhu dan zahid. Ia disebut juga Umar II dan disejajarkan dengan bin Khattab, khalifah kedua Al-Khulafa Al-Rasyidun.

Nama lengkapnya adalah Abu Hafs Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Ash bin Umayah bin Abd Syams. Ayahnya, Abdul Aziz, pernah menjadi gubernur di Mesir selama beberapa tahun. Ia adalah keturunan Umar bin Khattab melalui ibunya, Laila Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khattab. Pada waktu kecil, ia sering berkunjung ke rumah paman ibunya, Abdullah bin Umar bin Khattab. Tiap kembali dari sana, ia sering mengatakan kepada ibunya bahwa ia ingin hidup seperti kakeknya. Ibunya pun mengiyakan bahwa ia nanti akan hidup seperti kakeknya, seorang ulama yang wara.

Umar menghabiskan sebagian besar hidupnya di Madinah hingga ayahnya wafat pada 85 H/704 M. Kemudian pamannya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan, membawanya ke Damaskus dan mengawinkan dengan putrinya, Fatimah. Umar mengenyam pendidikan di Madinah yang saat itu merupakan pusat ilmu pengetahuan dan gudang ulama hadis dan tafsir. Di sana ia mendapatkan pendidikan dan pengajaran serta bimbingan yang sehat. Pendidikan yang diperolehnya sangat mempengaruhi kehidupan pribadinya di kemudian hari dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan padanya.

Pada usia 24 tahun, ia diangkat menjadi gubernur Hijaz dengan kedudukan di Madinah. Pemerintahan saat itu dipegang oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik atau Al-Walid I. Saat Al-Walid berencana merenovasi Masjid Nabawi, Umar dipercaya sebagai pengawas pelaksanaan pembangunan.
Penampilannya sebagai gubernur berbeda dari gubernur lainnya karena ia sangat adil dalam memerintah. Langkah pertamanya ketika tiba di Madinah adalah membentuk satu ‘dewan penasihat’ yang beranggotakan para ulama yang berpengaruh di kota itu. Dalam dewan itu, ia bersama ualama mendiskusikan berbagai masalah penting yang berkaitan dengan agama, urusan rakyat dan pemerintahan. Melalui dewan itu, ia berusaha mempersatukan pandangan antara umara (pemerintah) dan ulama dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi rakyat dan pemerintah.

Catatan prestasinya membuat gubernur wilayah lain tidak menyenanginya. Atas aduan Hajjaj bin Yusuf Al-Saqafi dan para pendukungnya, khalifah memecat Umar dari jabatan gubernur. Beberapa tahun kemudian, ia kembali ke struktur pemerintahan pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan, sebagai katib (sekretaris).
Meskipun menduduki jabatan penting dalam pemerintahan, Umar tidak pernah berambisi untuk menjadi khalifah. Menanggapi kondisi sakit yang diderita oleh Khalifah Sulaiman, Umar yang menyadari bahwa putra mahkota Ayyub sudah meninggal dunia dan orang yang paling memungkinkan diangkat menjadi khalifah ialah dirinya, ia berpesan kepada Wazir (Perdana Menteri) Raja` bin Haiwah:

“Dengan bersaksi kepada Tuhan, saya meminta kepadamu seandainya khalifah menyebut-nyebut namaku untuk jabatan itu, hendaklah engkau menghalanginya, dan kalau ia tidak menyebut-nyebut namaku, janganlah engkau mengingatkan kepadanya.”

Rupanya, sebelum didera sakit yang berkelanjutan Khalifah Sulaiman dan Wazir Raja` telah membuat keputusan bahwa Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah pengganti, sedangkan Yazid bin Abdul Malik ditunjuk menjadi calon khalifah sesudah Umar. Setelah Khalifah Sulaiman wafat (99 H/717 M), Umar dibaiat menjadi khalifah.

Umar bin Abdul Aziz hanya memerintah kurang lebih dua setengah tahun. Walaupun demikian, waktu yang relatif singkat itu dapat digunakan secara produktif untuk membuat kebijaksanaan dalam berbagai bidang. Dalam bidang agama, ia menghidupkan ajaran Alquran dan sunnah Nabi Muhammad SAW guna mengembalikan kemuliaan Islam dalam berbagai aspeknya. Selain itu, ia menjadikan dua warisan Nabi Muhammad SAW itu, Alquran dan sunnah Nabi, untuk mewarnai kehidupan bermasyarakat dan berbegara. Ia meminta para ulama besar pada masa itu seperti Al-Hasan Al-Basri (ahli hadis dan fikih) dan Sulaiman bin Umar untuk mendidik masyarakat agar mengenal dan menerapkan hukum syariat Islam sebaik-baiknya serta setia mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Jasa besarnya dalam bidang agama dan pengetahuan yang dirasakan kemanfaatannya oleh umat Islam hingga kini adalah inisiatifnya untuk mengkodifikasi (membukukan) hadis. Ia terdorong atas kekhawatiran bahwa hadis Nabi Muhammad SAW akan lenyap dengan wafatnya para ulama hadis, dan jika demikian maka besar potensinya hadis-hadis palsu bermunculan. Saat itu, hadis masih tersimpan dalam hafalan dan catatan pribadi para sahabat, tabi’in, dan ulama yang meriwayatkan hadis. Langkah taktis yang diambilnya untuk usaha kodifikasi hadis tersebut adalah dengan memerintahkan seluruh gubernur dan ulama hadis untuk mencatat hadis. Semua hadis yang diperoleh dari berbagai negeri ia percayakan kepada ulama besar Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab Al-Zuhri untuk dihimpun dan ditulis. Umar juga turut mendiskusikan hadis-hadis yang telah terkumpul untuk diseleksi apakah palsu atau tidak bersama para alim ulama.

Di bidang sosial politik, Khalifah Umar menerapkan prinsip politik yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan lebih dari segalanya. Meskipun menjadi salah satu khalifah dari Bani Umayyah, ia bersikap berbeda dengan para pendahulunya. Ia tidak melakukan tindakan dan kebijakan politik yang represif kepada musuh politik Bani Umayyah atau kepada rakyat secara umum yang berasal dari bani atau suku lain. Sebaliknya, ia bersikap lemah lembut kepada seluruh rakyat dari suku mana pun. Yang ia hormati dan ia junjung tinggi adalah kejujuran dan kebenaran, bukan reputasi suku atau nama besar kelompok. Bagi Umar, Bani Umayyah tidak mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan saudaranya sesama Muslim. Umar sangat menyadari bahwa:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Ia memberi pengajaran kepadamu agar dapat kamu ambil sebagai pelajaran” (QS. Al-Nahl: 90).

Untuk menyelesaikan perselisihan, Umar sangat menekankan bahwa para hakim harus mendasarkan keputusannya pada Alquran, sunnah Nabi Muhammad SAW, ijma’ ulama, dan ijtihad. Umar sangat keras menentang praktik pengadilan yang diputuskan berdasarkan subjektivitas hakim atau kepentingan pihak-pihak tertentu. Ia selalu mengupayakan agar jalan kecurangan, percobaan suap menyuap, perilaku korupsi, dan berbagai tindak ketidakjujuran lainnya tidak menemukan celah sedikit pun selama ia menjadi khalifah.

Dalam bidang ekonomi, Umar membuat berbagai kebijakan yang melindungi kepentingan rakyat dan meningkatkan kemakmuran mereka. Ia membuat aturan yang lebih adil mengenai sistem takaran atau timbangan, melenyapkan cara kerja paksa, membangun sistem pertanian terpadu, menggali sumur-sumur, membuat saluran irigasi, membangun jalan, menyediakan penginapan bagi musafir, menyantuni fakir miskin, dan berbagai pembangunan dan kebijakan lainnya.

Demikian hebatnya kebijaksanaan dan kematangan jiwa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Apa yang dipikirkannya adalah apa yang bisa ia berikan kepada negaranya, bukan apa yang bisa diberikan negara kepadanya. Kesalehannya membuatnya dekat dengan dan dicintai oleh rakyat, meskipun masa pemerintahannya hanya singkat.

Islam Agamaku Yang Indah





Maha suci Allah, Maha indah Allah, karena pada hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk dapat merasakan segala nikmat yang Allah turunkan kepada kita. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, yang namanya selalu terukir indah dalam Al quran, yang kegagahannya tak pernah dapat tertandingi oleh siapapun, dialah nabi besar kita Muhammad saw.

Dan bila kita bicarakan tentang keindahan agama Allah, maka tidak akan pernah ada habisnya. Karena dengan kasih sayangNya lah Dia menciptakan bumi ini dengan segala pernak-pernik yang indah di dalamnya. Tidak berhenti disitu saja, bahkan Allahpun dapat membuat pernak-perniknya tampak indah, menarik bahkan menakjubkan. Segala yang kita miliki, segala yang kita dapati adalah milikNya dan sudah menjadi ketentuanNya. Tidak ada kebetulan, melainkan sesungguhnya Allah telah mencatat scenario kehidupan masing-masing umatnya yang dibantu oleh para malaikat-malaikat agung yang selalu tunduk dan patuh terhadap perintahNya. Ketika kita sedang mencari kerja atau menginginkan sesuatu kemudian datanglah keinginan itu, atau segala apapun yang kita inginkan itu, maka itu bukan kebetulan melainkan sudah menjadi ketentuan dari Nya. Sehingga tidak ada sedikit nikmatpun yang dapat luput dariNya sampai setiap hembusan nafas kitapun Allah tahu. Apakah sudah ada yang pernah berhitung berapa banyak nafas yang dapat kita hembuskan dari sejak awal kita dilahirkan sampai saat ini? Belum ada yang mampu, tapi atas kebesaran dan keagunganNya Allah dapat mengetahuinya, berapa jumlah nafas yang sudah dihembuskan oleh seluruh manusia di dunia ini dari sejak ia dilahirkan sampai detik ini.

Selain dari nikmat ada beberapa lagi anjuran dalam islam ini yang dapat kita renungi dan ambil hikmahnya, yakni :
Diwajibkannya zakat dan disunnahkannya shadaqoh ; (QS. At Taubah : 60)

[647] Yang berhak menerima zakat Ialah:
1.  Orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2.   Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan.
3.   Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4.  Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5.   Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6.   Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7.   Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
Zakat dan shadaqoh adalah dua anjuran untuk kita agar dapat menyisihkan sebagian harta kita. Dengan berzakat, akan membuat harta yang kita dapati menjadi lebih bersih. Dan dengan shadaqoh kita akan merasakan betapa indahnya bisa berbagi dengan sesama. Sesungguhnya tidak ada satu halpun yang tidak ada manfaatnya, begitupun Allah mewajibkan zakat kepada kita dan disunnahkannya shadaqoh tiada lain agar kita dapat saling peduli, dan dapat menyadari bahwa sesungguh semua harta benda yang kita dapati di dunia ini adalah titipan semata. Dan semakin menyadarkan bahwa ini merupakan ujian nikmat dari Allah yang akan dimintai pertanggung jawabannya. Bersyukurlah kita bila diberikan ujian kenikmatan oleh Allah, dan berarti kita harus bisa menjaga segala kepercayaan yang telah Allah berikan dan dapat mempertanggung jawabkannya di dunia dan di akhirat. Begitupun bila kita ditakdirkan menjadi orang yang tidak mampu, beruntunglah! Karena sesungguhnya Allah Maha tahu siapa saja hambaNya yang lebih kuat menerima ujian ini, dan tetaplah istiqamah dalam keyakinan terhadap Allah bahwa Allah selalu melihat, mendengar, dan mengetahui segala gerak-gerik kita. Ingatlah bahwa dunia ini hanyalah sebuah persimpangan. Tetap bersabar dan ikhlas.

Diwajibkannya berpuasa pada bulan suci ramadhan :
Firman Allah dalam surat Al Baqarah: 183 :

Alangkah indahnya apabila bulan ini telah datang begitupun Allah senantiasa melipat gandakan segala macam perbuatan. Puasa membawa kenikmatan tersendiri, karena dengan puasa kita dapat melatih diri kita untuk lebih dekat dengan Allah, sesungguhnya Allah telah memberikan dua kebahagiaan kepada orang yang berpuasa, yakni ketika telah tiba waktunya berbuka dan nanti ketika bertemu dengan Allah di syurga. Sahal bin sa’ad r.a. berkata: Nabi saw. Bersabda:

“sesungguhnya di syurga ada pintu bernama AR-ROYYAN tempat masuk dari padanya orang-orang yang puasa pada hari kiamat, tidak dapat masuk dari pintu itu kecuali orang yang berpuasa, dipanggil oleh penjaganya: “dimana orang-orang yang telah berpuasa?” dan tidak dapat masuk disitu kecuali mereka saja, dan jika telah selesai maka ditutup, dan tiada masuk selain mereka saja.”   (HR. Bukhari dan Muslim).
Diwajibkannya shalat yang lima waktu ;

“Shalat adalah tiangnya agama”. Bagaimana jika kita membuat rumah tanpa tiang penyangga? pastilah rumah itu tidak akan dapat berdiri. Begitupun dengan keislaman kita akan runtuh jika shalat tidak dijadikan sebagai tiang penyangga keimanan kita. Dan shalatpun merupakan amalan hal pertama yang akan dihisab di akhirat nanti. Jika kita dapat mempelajari dan merenungkan betapa banyak rahasia dalam shalat. Dari mulai gerakan dan doa yang dibaca mempunyai manfaat bagi jiwa dan raga kita.

Disunnahkannya shalat pada pertengahan malam ;
Begitu indahnya aturan dan anjuran yang telah Allah terapkan dalam agamaNya, tak pernah ada satu aturanpun yang sesungguhnya menjerumuskan kita. Namun sebaliknya semua aturan yang dibuat olehNya adalah demi untuk kebaikan kita. Allah melarang kita untuk meminum-minuman keras, bukan semata-mata untuk membatasi namun justru sudah terbukti bahwa bahaya meminum-minuman keras dapat membahayakan kesehatan kita. Begitupun Allah melarang kita untuk berkhalwat atau bergaul bebas dengan lain jenis adalah untuk mencegah kita terhadap dampak negative yang akan merugikan bagi diri kita, dan dampak itu sudah terbukti dengan timbulnya penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan akibat dari pergaulan bebas ini.

Shalat pertengahan malam atau 1/3 malam adalah merupakan waktu dibukanya pintu-pintu langit dan waktu lengang dalam kehidupan, dimana alam dalam keadaan tenang dan sepi yang  dapat memudahkan kita untuk dapat merasa lebih dekat dengan Allah, dan kitapun dapat merasakan begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Dan waktu inilah yang dimanfaatkan oleh Allah untuk dapat melihat siapakah hambanya yang benar-benar ikhlas mencintaiNya. Sehingga pada waktu ini Allah lebih mendengarkan permintaan ataupun taubat dari hamba-hambanya. Ada sebuah riwayat yang mengkiaskan keistimewaan dari bangun tengah malam untuk mengerjakan shalat pertengahan malam (tahjjud, dsb): “sesungguhnya dua raka’at tengah malam itu lebih baik dari pada dunia dan isinya”. Maksud lebih baik dari dunia dan isinya ini adalah karena harta dan segala isinya ini hanyalah sebagai hiasan semata, dan tidak akan pernah kita bawa mati. Sekaya apapun, dan sehebat apapun manusia didunia, itu tidak akan menjadi jaminan ketenangan dalam kubur dan di alam akhirat nanti. Namun, yang akan menyelamatkan dan menolong didalam kubur dan dialam akhirat adalah amal perbuatan baik kita selama didunia. Dan Shalat malam merupakan ibadah yang besar pahalanya.

Diwajibkan untuk dapat berbuat baik terhadap orang tua, saudara dan terhadap tetangga ;
Orang tua, saudara dan tetangga adalah makhluk ciptaanNya yang selalu berada dekat dalam kehidupan kita. Sehingga Allah pun menyuruh kita untuk dapat berbuat baik kepada mereka terutama berbuat baik terhadap orang tua.
Mengenai perilaku baik terhadap orang tua ini, Rasulullah saw. telah bersabda: “keridhoan Allah ada pada keridhoan orang tua, dan kemurkaan Allah pun ada pada kemurkaan orang tua.” Begitulah islam memerintahkan kita untuk dapat berbuat baik terhadap mereka. Telah banyak kisah seseorang yang sukses akibat berkah dari doa dan restu orang tua. Maka dari itu, berhati-hatilah dalam bersikap terhadap orang tua. Turutilah perintahnya yang baik dan tidak menyesatkan. Jangan pernah sekali-kali untuk melukai hatinya, walaupun mereka terkadang telah melukai hati kita, namun jangan pernah sekali-kali kita untuk dapat berbalik melukai hati mereka lebih baik kita pergi berlalu dari pada kita harus menimpali perkataan yang akan membuat hati mereka terluka. Allahpun telah berfirman:(Q.S Al-Isra : 23-24)


 [850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak di bolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Adanya sesuatu yang dilarang ;

Mengenai sesuatu yang dilarang ataupun yang tidak diperbolehkan ini adalah segala hal yang terkadang membuat hati kita tertarik untuk mencoba ataupun untuk melakukannya. Karena memang dengan seperti itulah iblis bisa menjerumuskan manusia ke dalam neraka, contoh besar sesuatu yang dilarang itu ialah :
-     Syirik, merupakan dosa terbesar yang tidak akan pernah diampuni oleh Allah.

-      Zinnah, memang dalam aturan islam zinnah tidak harus selalu ‘hubungan badan yang dilakukan oleh manusia yang berlainan muhrim. Namun zinnah dalam islam selain seperti itu juga ada yang disebut dengan zinnah anggota badan misalnya zinnah mata, yang berarti segala sesuatu penglihatan yang ditujukan untuk melihat hal-hal yang menuju kearah zinnah atau memang zinnah itu sendiri, seperti yang sudah menjadi trend di zaman sekarang adalah video-video porno yang banyak diobral diinternet.

-      Meminum-minuman keras. Ini merupakan sebuah ujian dari Sang Khaliq untuk dapat melihat siapakah hambaNya yang dapat bertahan dan membuktikan bahwa dia akan lulus melewati ujian ini. Karena sesungguhnya dunia ini hanyalah sebuah ujian dan penjara bagi hamba-hamba Allah yang dapat berfikir.
Begitulah Allah memberikan perintahNya kepada hamba-hambaNya sebagai cara untuk membuktikan siapa saja yang berhak untuk dapat memasuki syurgaNya.

Wallahu‘alam bissawwab Wallahu’alam bil muradhi.


Sumber:Lazuardi Birru

KARAKTERISTIK PRIBADI MUSLIM UNGGUL




Menjadi seorang Muslim berarti menjadi pribadi yang memiliki multiple power, kekuatan hebat dari berbagai sisi. Pribadi Muslim yang sejati ialah individu yang memiliki kekuatan hati, yang dinilai dari akhlak mulianya, dan kekuatan jasmani yang dilihat dari usahanya memberikan yang terbaik bagi kehidupannya serta hidup orang-orang yang berada di sekitarnya.

Seorang Muslim sudah selayaknya berkarakter baik, berjiwa damai dan berkepribadian unggul. Ia menjadi panutan kebaikan dalam berbagai keadaan. Kepribadiannya menjadi pencerah kehidupan sosial dan membawa masyarakat menuju kesalehan sosial. Kedudukannya dihormati dan dirinya pun senantiasa menghargai orang lain.
Ada tiga hal yang menjadi dasar seseorang menjadi pribadi unggul, sebagaimana yang telah Allah firmankan terkait kisah-kisah para Nabi dan orang-orang saleh terdahulu. Allah jelaskan kehidupan mereka lengkap dengan sifat dan karakteristiknya secara sempurna agar dapat menjadi pelajaran bagi umat manusia di generasi berikutnya. Allah SWT menyebutkan karakteristik pribadi-pribadi unggul tersebut dalam beberapa firman-Nya, di antaranya sebagai berikut.
Karakter unggul pribadi Muslim dalam Alquran yang pertama terkait Nabi Musa AS yang dengan kekuatannya ia memberi pertolongan kepada orang lain. Beliau membantu putri-putri Nabi Syu’aib menggiring gembala mengambil air di tengah para penggembala lain yang kebanyakan laki-laki yang enggan membagi sumber air kepada mereka. Kebaikan pribadi Musa AS menumbuhkan kepercayaan Syuaib selaku orangtua gadis-gadis penggembala itu. Atas keberanian dan kekuatannya, Musa mendapatkan kepercayaan Syuaib, salah satu orang terpandang pada masanya. 

Allah berfirman:
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai, Ayah, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik diambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al-Qashash: 26)
Karakter unggul kedua adalah apa yang dimiliki atau terjadi pada Nabi Yusuf AS yang diangkat menjadi orang kepercayaan raja pada masanya untuk menjadi bendahara negara berdasarkan kemampuannya menjaga amanah dan memiliki pengetahuan atau keluasan ilmu akan pekerjaan yang diamanahkan kepada dirinya. Berikut adalah firman Allah Ta’ala:
“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku pandai menjaga, lagi berpengetahuan. (QS. Yusuf: 55)

Selanjutnya, karakter hamba Allah yang memiliki keunggulan adalah apa yang Allah kisahkan mengenai seorang raja bernama Thalut pada zaman Nabi Daud AS. Bani Israil meminta diberikan pemimpin perang untuk mengalahkan Djalut, seorang penguasa yang zalim. Mereka memiliki paradigma bahwa seorang pemimpin haruslah seorang yang kaya. Namun, paradigma itu terbantahkan. Dalam firman-Nya, Allah Ta’ala menyebutkan:
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 247)

Terakhir, pandangan Islam soal keunggulan pribadi Muslim adalah kesabaran dan sifat kasih sayang. Apalah arti segala sifat kebaikan tanpa memiliki kesabaran. Sifat sabar, penuh kasih sayang dan pengorbanan Allah sampaikan dalam kaitannya dengan kekasihnya, Rasulullah Muhammad SAW dalam firmannya:
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128).

Lantas bagaimana cara seorang Muslim untuk mendapatkan keunggulan-keunggulan tersebut? Setidaknya, jika kita merenungkannya secara mendalam, akan kita dapati bagaimana kiat meraih sifat-sifat unggul bagi pribadi Muslim.
Di antaranya, pertama, hendaknya seorang Muslim mempelajari Islam secara utuh dan dengan cara sebaik-baiknya. Sebab, kebaikan yang Allah inginkan atas seseorang adalah kebaikan di atas landasan keimanan. Tidaklah ada keimanan melainkan ia meyakini dan menjalankan ajaran agama yang telah diwasiatkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya SAW. Dengan tegas, Rasulullah SAW sampaikan dalam sabdanya,

 “Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) agama. Aku adalah Al-Qasim (yang membagi) sedang Allah Azza wa Jalla adalah yang Maha Memberi. Umat ini akan senantiasa tegak di atas perkara Allah, tidak akan memadharatkan kepada mereka, orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang putusan Allah.” (HR. Al-Bukhari)
Kedua, hendaklah seorang Muslim senantiasa menguatkan ketakwaan kepada Allah SWT seoptimal mungkin. Dengannya, Allah jadikan baginya kemudahan untuk senantiasa berada di atas kebaikan. Taqwa pula yang akan menjaga seseorang untuk selalu ber-istiqamah dan senantiasa mengingat bahwa Allah dekat dengan dirinya dan selalu menjaga dirinya dari sesuatu yang dilarang. Taqwa adalah unsur terpenting untuk membentuk karakter pribadi Muslim yang unggul. Allah berfirman:
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Taghabun: 16)

Ketiga, hendaknya seorang Muslim senantiasa menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan sosial yang baik akan menumbuhkan rasa kepercayaan serta menjadikan seseorang memiliki sifat untuk senantiasa berbagi. Sebagiamana pesan Rasulullah SAW kepada sahabat Abu Dzar Al-Ghifari RA:
“Kekasihku, yakni Nabi SAW, memerintahkan tujuh perkara padaku, (di antaranya): (1) Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku…..”(HR. Ahmad, 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini shahih)
* Penulis ialah alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Puasa Ramadhan




Ash-shiyam atau shaum atau puasa adalah menahan diri dari sesuatu dan meninggalkan sesuatu. Tapi bila ditinjau dari hukum syara’ adalah menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh, dan dilaksanakan semata-mata karena Allah. Nilai-nilai dari puasa tidaklah dapat dihitung, diperkirakan atau diadakan oleh manusia (ulama, nabi, dll) tetapi nilai puasa adalah semata milik Allah. Rasulullah bersabda: Firman Allah: Setiap amal anak adam adalah untuk dirinya sendiri, kecuali amal puasa, karena sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya. (H.S.R. Imam Bukhari)

Selasa, 09 April 2013

Musik dalam Pandangan Islam

Tulisan ini akan diawali dengan beberapa dalil naqli yang menghalalkan musik dalam perspektif Islam. Allah berfirman dalam Q. S. Al-Maidah ayat 87:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q. S. Al-Maidah: 87)

Sebagian ulama menjadikan ayat di atas sebagi hujjah mengenai kehalalan musik dalam Islam. Musik merupakan adalah bagian dari seni dan budaya. Ia selalu identik dengan ekspresi ruh manusia yang di dalamnya mengandung unsur-unsur estetika. Pada dasarnya, Allah telah menganugerahkan potensi ini kepada setiap manusia, jadi mustahil bagi manusia untuk menolak dan melarangnya.

Menurut Dr. Muhammad Al-Bagdadi dalam bukunya, “Seni Dalam Pandangan Islam”, musik adalah sebuah seni yang berkaitan erat dengan instrument-instrumen, irama, dan nada-nada musik. Terlepas dari pengertian tersebut, musik tidak bisa dipisahkan dengan unsur keindahan. Manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki cita rasa estetika yang tinggi pastinya akan sangat menikmati hal tersebut.

Islam sebagai agama yang mencintai keindahan, pada dasarnya tidak mengharamkan musik, dengan syarat, bahwa muatan-mauatan yang terkandung di dalamnya adalah positif, kreatif, dan tidak bertentangan dengan etika agama, sosial, dan kemasyarakatan. Secara historis, Nabi Muhammad saw. dalam beberapa haditsnya, menjelaskan kebolehan atau kehalalan musik, seperti hadits dari Nafi’ r.a., ia berkata: Aku berjalan bersama Abdullah Bin Umar r. a., dalam perjalanan kami mendengar suara seruling, maka dia menutup telinganya dengan telunjuknya terus berjalan sambil berkata; “Hai Nafi, masihkah kau dengar suara itu?” sampai aku menjawab tidak. Kemudian dia lepaskan jarinya dan berkata; “Demikianlah yang dilakukan Rasulullah saw.” (HR. Ibnu Abid Dunya dan Al-Baihaqi).

Atau hadits dari Ruba’i Binti Mu’awwidz Bin Afra, dia  berkata: Nabi saw. mendatangi pesta perkawinanku, lalu beliau duduk di atas dipan seperti dudukmu denganku, lalu mulailah beberapa orang hamba perempuan kami memukul gendang dan mereka menyanyi dengan memuji orang yang mati syahid pada perang Badar. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata: “Di antara kita ada Nabi saw. yang mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.” Maka Nabi saw. bersabda: “Tinggalkan omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu (nyanyikan) tadi.” (HR. Bukhari)

Dalam hadis lain disebutkan, dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Umar melewati shahabat Hasan sedangkan ia sedang melantunkan syi’ir di masjid. Maka Umar memicingkan mata tidak setuju. Lalu Hasan berkata: “Aku pernah bersyi’ir di masjid dan di sana ada orang yang lebih mulia daripadamu (yaitu Rasulullah saw.).” (HR. Muslim, juz II, hal. 485).

Hadits-hadits di atas menunjukkan, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. begitu peduli terhadap sisi-sisi estetika yang terkandung dalam musik, sehingga beliau mengetahui bahwa keindahan, seni, musik, dan budaya tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan manusia. Nabi Muhammad membolehkan umatnya untuk berekspresi dalam segala lini kehidupan, dengan catatan bahwa ekspresi-ekspresi keindahan yang ekplorasi oleh manusia wajib untuk tidak melewati norma-norma agama dan etika masyarakat, serta tidak melailaikannya dalam menjalankan kewajiban, baik kepada sesama manusia atau terhadap Allah Swt.

Sejarah mencatat, ketika Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar berhijrah ke Madinah pada tahun 622 Masehi, masyarakat Madinah menyambut kedatangan keduanya dengan melantunkan beberapa syair dan nyayian yang hingga kini sangat populer di kalangan umat Islam, yaitu; Thala’a al-badru ‘alaina. Min tsaniyat al-wada’i. Wajabasy syukru ‘alainaa. Maa da’a lillaahi da’i. Ayyuha al-mab’utsu fina. Ji’ta bil amril mutha’i. Pada waktu Rasullullah tidak melarang mereka untuk terus melantunkan syair-syair di atas, bahkan Nabi Muhammad saw. ikut larut dalam situasi tersebut, dengan kata Islam membolehkan musik-musik yang dapat membuat manusia untuk lebih termotivasi, merasa lebih rindu lagi terhadap Allah serta dapat mendorong kita semua ke arah yang lebih positif.

Jenis Musik yang dilarang dalam Islam
Di atas telah dijelaskan berbagai dalil tentang bolehnya bermain musik, maka dalam pembahasan selanjutnya, penulis akan mengelaborasi jenis musik yang di larang dalam Islam, tentunya dengan menggunakan berbagai macam argument yang berasal dari Al-Qur’an dan hadits.

Secara prinsipil, Islam menyeru kepada kebajikan dan melarang umatnya dari perbuatan yang keji dan mungkar. Aktivitas apapun yang mengandung potensi atau bibit-bibit kemaksiatan akan dilarang dan diharamkan oleh Allah, tidak terkecuali dalam aktivitas bermusik. Secara eksplisit Allah dalam beberapa ayat menyatakan bahwa perkataan atau syair yang tidak berguna, mengandung unsur-unsur kecabulan dan dapat melalaikan manusia dari menjalankan kewajiban primer mereka adalah haram untuk dilakukan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

Sumber: Lazuardi Birru