Minggu, 28 April 2013

Bersatu Mengecam Israel

 

Israel kembali berulah biadab. Sedianya pada tanggal 5-6 kemarin, di Ramallah Palestina akan diselenggarakan Konferensi Luar Biasa Tingkat Menteri Luar Negeri Gerakan Non-Blok. Ada 13 menteri yang direncakan hadir dalam pertemuan tersebut untuk membahas langkah-langkah dukungan terhadap Palestina yang akan dibawa ke sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB) pada bulan September mendatang.

Namun demikian, mendadak acara tersebut dibatalkan. Hal itu disebabkan karena lima menteri luar negeri (dari 13 menteri yang akan datang) ditolak melintasi daearh Israel untuk bisa sampai ke Ramallah. Mengingat Israel tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan kelima negara asal lima menteri tersebut, yaitu Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Kuba dan Aljazair.

Inilah Israel untuk kesekian kalinya mempermainkan Palestina dan negara-negara yang mendukung kemerdekaannya. Bahkan kali ini Israel telah memermalukan lima negara yang selama ini secara konsisten mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, khususnya Indonesia.

Secara khusus, Indonesia harus bersikap tegas atas perbuatan semenan-mena Israel. Karena perbuatan tersebut telah merendahkan, mencoreng nama baik dan menihilkan kedaulatan bangsa. Sikap tegas ini bisa dilakukan dalam bentuk kebijakan tegas sejumlah lembaga negara terkait dengan kepentingan Israel.

Secara umum, insiden ini sejatinya dijadikan sebagai momentum oleh negara-negara Arab dan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim untuk bersatu mengecam kebiadaban Israel. Sebagaimana insiden ini sejatinya dijadikan sebagai momentum untuk membulatkan tekad dan merapatkan barisan dalam rangka mengawal Palestina mendapatkan kemerdekaannya.

Harus diakui bersama, kekompakan dan persatuan yang sejati di kalangan negara-negara Arab dan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim dalam menekan Israel sekaligus mendukung kemerdekaan Palestina masih sangat lemah. Di depan publik, sebagian dari negara-negara tersebut beringas mengecam pelbagai macam kebiadaban Israel. Tapi di belakang, sebagian dari negara tersebut justru bekerjasam dengan Israel. Demikian juga, sebagian dari negara-negara itu bersikap tegas terhadap Israel dalam bentuk tidak menjalin hubungan diplomatik dengan negara Yahudi itu. Tapi sebagian negara lain justru mempunyai hubungan diplomatik yang sangat erat dengan Israel.

Inilah titik lemah dari negara-negara Arab dan negara-negara bernduduk masyoritas muslim selama ini, khususnya dalam konteks dukungan atas perjuangan kemerdekaan Palestina. Akibat kelemahan ini, Israel tidak merasa takut dan gentar untuk terus melakukan aksi brutal terhadap para pejuang Palestina, baik pejuang dari internal Palestina maupun pejuang dari luar (termasuk lima menteri tersebut di atas). Apalagi Israel kerap mendapatkan dukungan yang sangat tidak adil dari Amerika Serikat (AS) dan sebagian negara Eropa.

Sebagai negeri kecil yang berada di tengah negara-negara Arab-Islam, persatuan dan kekompakan akan sangat efektif untuk menekan Israel. Hingga Israel tidak terus melakukan politik semena-mena, khususnya terhadap Palestina.

Persoalannya adalah, sebuah negara mungkin keras terhadap Israel, bahkan tidak mempunyai hubungan dilomatik. Tapi pada waktu yang bersamaan negara tersebut sangat tergantung kepada AS. Sedangkan AS kerap disebut oleh sebagian pengamat sebagai “Israel Besar” atau Israel tak lain adalah “AS Kecil”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar