Bersatu Mengecam Israel
Israel kembali berulah biadab. Sedianya
pada tanggal 5-6 kemarin, di Ramallah Palestina akan diselenggarakan
Konferensi Luar Biasa Tingkat Menteri Luar Negeri Gerakan Non-Blok. Ada
13 menteri yang direncakan hadir dalam pertemuan tersebut untuk membahas
langkah-langkah dukungan terhadap Palestina yang akan dibawa ke sidang
Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB) pada bulan September mendatang.
Namun demikian, mendadak acara
tersebut dibatalkan. Hal itu disebabkan karena lima menteri luar negeri
(dari 13 menteri yang akan datang) ditolak melintasi daearh Israel untuk
bisa sampai ke Ramallah. Mengingat Israel tidak mempunyai hubungan
diplomatik dengan kelima negara asal lima menteri tersebut, yaitu
Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Kuba dan Aljazair.
Inilah Israel untuk kesekian kalinya
mempermainkan Palestina dan negara-negara yang mendukung
kemerdekaannya. Bahkan kali ini Israel telah memermalukan lima negara
yang selama ini secara konsisten mendukung perjuangan kemerdekaan
Palestina, khususnya Indonesia.
Secara khusus, Indonesia harus
bersikap tegas atas perbuatan semenan-mena Israel. Karena perbuatan
tersebut telah merendahkan, mencoreng nama baik dan menihilkan
kedaulatan bangsa. Sikap tegas ini bisa dilakukan dalam bentuk kebijakan
tegas sejumlah lembaga negara terkait dengan kepentingan Israel.
Secara umum, insiden ini sejatinya
dijadikan sebagai momentum oleh negara-negara Arab dan negara-negara
berpenduduk mayoritas muslim untuk bersatu mengecam kebiadaban Israel.
Sebagaimana insiden ini sejatinya dijadikan sebagai momentum untuk
membulatkan tekad dan merapatkan barisan dalam rangka mengawal Palestina
mendapatkan kemerdekaannya.
Harus diakui bersama, kekompakan dan
persatuan yang sejati di kalangan negara-negara Arab dan negara-negara
berpenduduk mayoritas muslim dalam menekan Israel sekaligus mendukung
kemerdekaan Palestina masih sangat lemah. Di depan publik, sebagian dari
negara-negara tersebut beringas mengecam pelbagai macam kebiadaban
Israel. Tapi di belakang, sebagian dari negara tersebut justru
bekerjasam dengan Israel. Demikian juga, sebagian dari negara-negara itu
bersikap tegas terhadap Israel dalam bentuk tidak menjalin hubungan
diplomatik dengan negara Yahudi itu. Tapi sebagian negara lain justru
mempunyai hubungan diplomatik yang sangat erat dengan Israel.
Inilah titik lemah dari
negara-negara Arab dan negara-negara bernduduk masyoritas muslim selama
ini, khususnya dalam konteks dukungan atas perjuangan kemerdekaan
Palestina. Akibat kelemahan ini, Israel tidak merasa takut dan gentar
untuk terus melakukan aksi brutal terhadap para pejuang Palestina, baik
pejuang dari internal Palestina maupun pejuang dari luar (termasuk lima
menteri tersebut di atas). Apalagi Israel kerap mendapatkan dukungan
yang sangat tidak adil dari Amerika Serikat (AS) dan sebagian negara
Eropa.
Sebagai negeri kecil yang berada di
tengah negara-negara Arab-Islam, persatuan dan kekompakan akan sangat
efektif untuk menekan Israel. Hingga Israel tidak terus melakukan
politik semena-mena, khususnya terhadap Palestina.
Persoalannya adalah, sebuah negara
mungkin keras terhadap Israel, bahkan tidak mempunyai hubungan
dilomatik. Tapi pada waktu yang bersamaan negara tersebut sangat
tergantung kepada AS. Sedangkan AS kerap disebut oleh sebagian pengamat
sebagai “Israel Besar” atau Israel tak lain adalah “AS Kecil”.
Sumber:Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar