Jumat, 03 Mei 2013

GUA HIRA

 
Gua Hira terdapat di Jabal Nur, bukit cahaya, di Mina, Saudi Arabia. Di Gua ini terjadi peristiwa penting dalam sejarah Islam. Pada tahun 610 M., ketika Muhammad bin Abdullah al-Amin sedang berkhalwat di Gua Hira, beliau menerima kunjungan Malaikat Jibril yang datang atas perintah Allah khusus untuk menyampaikan wahyu kepada beliau. Sejak itu Muhammad bin Abdullah diangkat menjadi Rasulullah saw, utusan Allah. Wahyu yang pertama turun di Gua Hira adalah Surah al-‘Alaq ayat 1-5 yang berikut: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96: 1-5).
Selama satu tahun menjelang diangkat menjadi nabi dan rasul, Rasulullah saw berkhalwat di Gua Hira dengan dua tujuan utama. Pertama, berzikir dan berdoa guna mendekatkan diri kepada Allah dengan. Kedua, menarik diri dari kehidupan sosial di Mekkah yang sedang mengalami krisis moral, namun tetap dengan mengamati keadaan kota Mekkah dari atas Gua Hira. Dengan berdiri di atas Gua Hira, Rasulullah saw bisa mengamati orang-orang yang sedang tawaf di sekeliling Ka’bah. Sebab secara geografis, posisi Gua Hira dengan  Ka’bah itu berada pada garis lurus. Kedua tujuan ini mencerminkan terpadunya dimensi spiritual dan sosial pada diri Rasulullah saw. Dengan berkhalwat di Gua Hira, Rasulullah  saw sedang mempersiapkan mental untuk mengemban tugas kerasulan; sedangkan dengan mengamati kehidupan di sekitar Ka’bah, mencerminkan bahwa Rasulullah saw tidak boleh  kehilangan kepekaan  dan tanggung jawab sosial terhadap kehidupan masyarakat Makkah yang sedang sakit. Gua Hira, dengan demikian, menjadi simbol terpadunya masalah spiritual dan tanggung jawab sosial  dalam kehidupan Rasulullah saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar