Gua Hira terdapat di Jabal Nur, bukit cahaya,
di Mina, Saudi Arabia. Di Gua ini terjadi peristiwa penting dalam
sejarah Islam. Pada tahun 610 M., ketika Muhammad bin Abdullah al-Amin
sedang berkhalwat di Gua Hira, beliau menerima kunjungan Malaikat Jibril
yang datang atas perintah Allah khusus untuk menyampaikan wahyu kepada
beliau. Sejak itu Muhammad bin Abdullah diangkat menjadi Rasulullah saw,
utusan Allah. Wahyu yang pertama turun di Gua Hira adalah Surah
al-‘Alaq ayat 1-5 yang berikut: “Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,Yang mengajar (manusia)
dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96: 1-5).
Selama satu tahun menjelang diangkat
menjadi nabi dan rasul, Rasulullah saw berkhalwat di Gua Hira dengan dua
tujuan utama. Pertama, berzikir dan berdoa guna mendekatkan diri kepada
Allah dengan. Kedua, menarik diri dari kehidupan sosial di Mekkah yang
sedang mengalami krisis moral, namun tetap dengan mengamati keadaan kota
Mekkah dari atas Gua Hira. Dengan berdiri di atas Gua Hira, Rasulullah
saw bisa mengamati orang-orang yang sedang tawaf di sekeliling Ka’bah.
Sebab secara geografis, posisi Gua Hira dengan Ka’bah itu berada pada
garis lurus. Kedua tujuan ini mencerminkan terpadunya dimensi spiritual
dan sosial pada diri Rasulullah saw. Dengan berkhalwat di Gua Hira,
Rasulullah saw sedang mempersiapkan mental untuk mengemban tugas
kerasulan; sedangkan dengan mengamati kehidupan di sekitar Ka’bah,
mencerminkan bahwa Rasulullah saw tidak boleh kehilangan kepekaan dan
tanggung jawab sosial terhadap kehidupan masyarakat Makkah yang sedang
sakit. Gua Hira, dengan demikian, menjadi simbol terpadunya masalah
spiritual dan tanggung jawab sosial dalam kehidupan Rasulullah saw.
Sumber:Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar