Nabi Dawud a.s. adalah anak bungsu dari
tiga belas bersaudara. Ayahnya bernama Yisya. Ia berasal dari Bani
Israil. Dalam bahasa Ibrani, Bani artinya keturunan, dan Israil artinya hamba Allah. Israil
adalah gelar kehormatan Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi Dawud
adalah generasi ke-13 dari keturunan Nabi Ibrahim. Mereka bermukim di
Betlehem, yang kemudian menjadi kota kelahiran Nabi Isa. Dawud dan dua
orang kakaknya ikut berperang melawan Jalut (Goliath) dari Filistin yang
menjajah Bani Israil. Menurut Al-Qur`an, dalam perang ini, Dawud
berhasil membunuh Jalut. “Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah,
dan Dawud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberinya (Dawud) kerajaan,
dan hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki”. (Q.S.
al-Baqarah/2: 251).
Berkat keberhasilan ini, Raja Talut
menikahkan Daud dengan putrinya, Mikya dan mengangkatnya menjadi
panglima angkatan perang, kemudian menobatkannya menjadi Raja. Nabi
Dawud dan putranya, Nabi Sulaiman adalah dua orang yang mendapat empat
kehormatan yang anagrga, tidak ternilai harganya. Beliau mendapat mulkiyah, kerajaan; hikmah, pengetahuan yang luas; nubuwah, kenabian dan risalah, kerasulan. Beliau adalah Nabi, Rasul dan Raja. Orang Yahudi hanya mengakui Dawud sebagai raja (King David). Kaum Muslimin meyakini bahwa Nabi Dawud adalah seorang Nabi, Rasul dan Raja sebagaimana Al-Qur`an menjelaskannya.
Nabi Dawud a.s. dikaruniai suara yang
sangat merdu. Ketika mendengar Nabi Dawud melagukan ayat-ayat Kitab
Zabur, orang dan jin yang sakit menjadi sembuh, burung-burung terbang
mendekat, angin menjadi tenang, gunung serta burung bertasbih kepada
Allah. Inilah mu’jizat Nabi Dawud a.s. Al-Qur`an menyebutkan: “Dan
sungguh, Telah Kami berikan kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami
berfirman), “Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah
berulang-ulang bersama Dawud,” dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
(yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Q.S. Saba/34: 10-11).
Kerajaan Nabi Dawud a.s. dilanjutkan
oleh putranya, Nabi Sulaiman a.s. yang berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah
aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa
pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (Q.S. Shad/38:
35). Setelah Nabi Sulaiman wafat Kerajaan Bani Israil mengalami krisis,
terpeah belah dan akhirnya hancur.
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar