Ustadz Menjawab
Kerukunan antarumat beragama
bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat beragama dalam
segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja sama
antarumat beragama.
Rasullullah SAW telah
mengimplementasikan dan memberikan contoh kepada umatnya tentang
bagaimana sebuah masyarakat yang kompleks, multietnis, dan mutliagama
harus dapat hidup berdampingan dan saling menghormati satu dengan yang
lainnya. Beliau benar-benar mempraktikkan kerukunan antarumat beragama
dalam kehidupan beliau. Hal tersebut bisa dilihat bagaimana Rasullullah
SAW memberikan kebebasan kepada penganut agama lainnya di Madinah untuk
menjalankan kepercayaan masing-masing dengan kebebasan penuh. Beliau
memberikan hak kepada komunitas Yahudi Madinah untuk hidup sesuai dengan
hukum dan kepercayaan mereka.
Islam sangat menganjurkan kepada
pemeluknya untuk senantiasa menghormati penganut agama lain demi
terciptanya kerukunan antar umat beragama. Hal itu dapat dilihat dari
firman Allah SWT yang dengan tegas melarang umat Islam untuk menghina
Tuhan yang dianut oleh umat agama lain sebagaimana disebutkan dalam QS.
Al-An’am ayat 108.
“Dan janganlah kamu memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah
Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada
mereka apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS. Al-An’am: 108).
Selain itu, Islam juga memberikan
kebebasan kepada penganut agama lain untuk menjalankan kepercayaan
mereka. Hal tersebut dijelaskan dalam QS. Al-Kafirun ayat 6:
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (QS. Al-Kafirun: 6).
Dalam perspektif Islam kerukunan
antarumat beragama harus diaplikasikan dalam bentuk tolensi dan kerja
sama antarumat beragama, sehingga akan terbentuk sebuah masyarakat
madani yang di dalamnya tercipta kerukunan antarumat beragama. Dengan
demikian, agama akan menjadi perekat bagi umat, bukan menjadi pemecah
umat manusia.
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar