Dalam hidup seseorang pasti pernah
mengalami kebingungan atau takut salah dalam menentukan pilihan, apalagi
ketika harus memilih antara dua pilihan yang keduanya diinginkan atau
tidak. Misalnya, saat seorang siswa SMA yang telah lulus kemudian
bingung apakah mau meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi atau
langsung bekerja.
Memang sulit memilih di antara dua hal
yang baik. Namun bagaimana pun sulitnya salah satu pilihan harus tetap
diambil karena jika tidak justru keduanya bisa hilang. Apabila kedua
pilihan hilang maka tentu penyesalan yang akan dialami. Banyak orang
berkata serahkan semua keputusan pada Allah SWT karena Dialah yang
berkehendak atas segala sesuatu. Tapi dalam kenyataannya, tidak semua
orang bisa menerima keputusan Allah SWT dalam hidupnya. Oleh karena itu,
setiap muslim harus memiliki sifat qona’ah. Di dalam Islam qona’ah
merupakan salah satu sifat terpuji.
Secara etimologi, qona’ah artinya
menerima apa adanya. Sedangkan secara terminologi, qona’ah berarti
menerima segala bentuk keputusan Allah SWT. Jika dilihat sepintas
definisi qona’ah hampir sama dengan konsep tawakal yang berarti
menyerahkan segala urusan pada Allah SWT. Tapi jika dilihat secara
mendalam antara tawakal dengan qona’ah sangat berbeda. Qona’ah lebih
menekankan tentang prilaku menerima apa adanya segala keputusan Allah
SWT, sedangkan tawakal berarti meyerahkan segala urusan pada Allah SWT.
Pertanyaannya adalah apakah kita siap
menerima segala keputusan Allah dalam setiap urusan dan kenyataan hidup.
Sebagai seorang muslim kita seyogyanya meyakini bahwa hasil dalam
setiap usaha adalah keputusan Allah SWT, meskipun kita telah menggunakan
segala bentuk usaha dalam proses untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Apabila seseorang memiliki rasa ikhlas
maka segala sesuatu yang terjadi atau menimpa kita selalu mengandung
hikmah. Meski hal itu berupa fitnah atau pun kejahatan sekali pun.
Misalnya, aksi kejahatan yang menimpa seseorang memiliki hikmah atau
pembelajaran bagi diri sendiri maupun orang lain yakni agar selalu
berhati-hati atau waspada.
Saat ini di tengah masyarakat banyak
fenomena prilaku yang menunjukkan tidak mau menerima kenyataan yang
terjadi. Sebagian orang selalu menginginkan apa yang diinginkannya
tercapai, tidak mau menerima perbedaan dan sebagainya. Padahal semua
yang terjadi mengandung hikmah, tapi kita tidak mau melihat dan
mempelajari hikmahnya. Salah satu contoh prilaku yang tidak siap atau
takut terhadap perubahan sosial yaitu tidak menerima pendapat orang lain
dan merasa pendapat dirinya atau kelompoknya yang paling benar. Mereka
menutup diri dari perkembangan budaya dan kemajuan zaman. Hal itu
mungkin karena pemikiran ortodok dan dogmatik yang berlebihan.
Ideologi ketauhidan memang sangat
penting sebagai dasar keimanan. Hal-hal yang mencoba untuk
menghancurkannya harus dihilangkan, tapi tidak harus selalu dengan cara
kekerasan apalagi terjadi sesama umat muslim. Sikap dialogis, musyawarah
dan menerima pendapat orang lain dengan tangan terbuka harus dilakukan
agar hikmah dari sesuatu tersebut dapat diraih. Kita harus menerimanya
dengan tangan terbuka, bukan dengan tangan menggenggam. Satu jalan atau
yang cara yang dipilih memang tidak jelas akan membawa kebaikan atau
keburukan di masa yang akan datang, tapi jelaslah dengan apa yang
sekarang dilakukan sekecil apapun itu, itulah yang disebut qona’ah dan
mungkin itulah kenapa qona’ah oleh Rasulullah SAW disebut sebagai harta
yang tidak pernah habis.
Rasulullah SAW bersabda: “Diharuskan pada kalian berqona’ah, karena sesungguhnya qona’ah adalah harta yang tidak pernah habis”, (H.R Thobroni).
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar