Wa’alaikum salam, Sobat Birru Ni’ma yang Hebat….
Setiap kita lahir dari rahim seorang ibu, kemunculan kita juga karena
terjadinya pertemuan dua insan yang berbeda jenis, maka kedua hal yang
mendasar inilah yang menjadikan kewajiban bagi setiap orang tua untuk
memelihara anaknya secara baik dan benar. Hal ini yang menunjukkan
dalil aqli dalam perintah tersebut. Sedangkan banyak dalil naqli yang
menjelaskan kepada orang tua untuk memelihara secara baik dan benar,
kita bisa melihat di beberapa ayat Allah dalam Al Qur’an baik secara
tersirat maupun tersurat. Seperti : QS. At tahrim : 6; Luqman 12-19;
Annisa : 4. Belum lagi dengan banyak keterangan dalam Hadis Rasul yang
mengajarkan orang tua untuk memelihara anaknya. Wallahu’alam…..
Sumber: Lazuardi Birru
Jumat, 29 November 2013
Rabu, 27 November 2013
Zakat sebagai Instrumen Pemerataan Sosial?
“Bicara soal zakat dikaitkan dengan
pemerataan ada kesan memaksakan diri, mengada-ada! Tapi, anehnya
orang tak kunjung kapok menjadikannya sebagai tema. Seolah-olah yang
penting bukan kesepadanan konsep zakat dengan pemerataan. Tapi adanya
kekuatan ghaib, magic, yang tersimpan dalam kata-kata
“zakat” itu sendiri. Ibarat figur, kata-kata zakat diyakini sebagai
tokoh imam mahdi atau ratu adil yang meskipun sangat sulit orang
mencernanya, tapi dalam hati tetap bercokol keyakinan, suatu saat
nanti, lambat atau cepat, kehebatan dan mukjizatnya diperlihatkan juga”
(Masdar Farid Mas’udi).
Seperti biasa, menjelang lebaran,
topik zakat kembali hangat diperbincangkan, khususnya sejak Presiden SBY
secara simbolis menyerahkan zakatnya sebesar dua puluh empat juta
rupiah kepada Badan Amil Zakat Nasional Nasional (Baznas) pertengahan
Ramadan ini. Padahal sejatinya, hanya zakat fitrah yang wajib ditunaikan
pada akhir Ramadan. Sedangkan zakat jenis lain bisa dikeluarkan kapan
saja mengikuti aturan yang digariskan. Terlepas dari itu, saya ingin
ikut nimbrung dalam perbincangan ini.
Tampaknya semua orang Islam sepakat
bahwa satu-satunya rukun Islam yang langsung bersentuhan dengan cita
penegakan keadilan sosial adalah zakat. Di sinilah setiap muslim yang
berkecukupan diwajibkan menyapa kaum dhuafa. Hal ini termaktub dalam
Al-Quran surat Al-Taubah: 60, “Sungguh zakat itu diperuntukkan bagi
kalangan fakir, miskin, para pengelola, orang-orang yang tengah
dijinakkan hatinya, bagi para budak, orang-orang yang terlilit utang,
bagi jalan Allah, dan anak jalanan. Itulah ketentuan Allah. Dan Allah
Mahatahu lagi Mahabijak.”
Berpijak pada ayat tersebut, semua orang
juga sepakat bahwa motif utama pensyariatan zakat adalah untuk
mengurangi kesenjangan ekonomi antara kalangan berpunya dan golongan
papa. Ada semangat pemerataan sosial dalam ajaran ini. Dengan prinsip
pemerataan, Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam hikmatut tasyri’ wa falsafatuhu mencatat, ada tiga hikmah pokok yang terkandung di balik pewajiban zakat.
Pertama, pelaksanaan zakat adalah
sebagai pintu untuk membantu kaum lemah dan menolong orang yang tertimpa
kesusahan, sekaligus memberikan kekuatan agar mereka mampu menjalankan
segala hal yang diwajibkan Allah.
Kedua, sebagai media untuk pembersihan
diri pelaksana zakat dari segala “kotoran”, sebagai ajang perbaikan
moral individual dengan mendidiknya untuk berderma dan menanggalkan
sifat pelit dan tamak yang menjadi karakter setiap manusia.
Ketiga, dengan argumentasi bahwa segala
kekayaan material yang dinikmati golongan kaya adalah anugerah Allah,
maka kewajiban setiap hamba ialah mensyukurinya.
Tentu sangat gamang untuk mengatakan
bahwa praktik zakat saat ini telah sukses menggapai idealisme tersebut.
Tanpa pengelolaan yang tepat, zakat akan mengalami kesulitan bahkan
meleset mencapai bidik sasarannya. Praktik zakat di berbagai tempat
masih dominan bernuansa karitatif (santunan) belaka; memberi kemudian
selesai tanpa diiringi kontrol bagaimana zakat itu dikelola. Dana zakat
pun cepat ludes. Tanpa pengelolaan dan pemberdayaan yang baik oleh
lembaga amil terpercaya, jenis ibadah kemanusiaan yang berguna sebagai
alat pemberdayaan sosial ini akan mandul.
Menyikapi hal ini, beberapa tahun silam,
Masdar Farid Mas’udi melalui karyanya yang monumental bertajuk Agama
Keadilan: Risalah Zakat (Pajak) dalam Islam (1993), bahkan mengusulkan
agar zakat disatukan dengan pajak, supaya lebih optimal. Sebab zakat
sebagai kewajiban agama tidak memiliki instrumen pemaksa yang otoriter
seperti pajak, di mana negara dapat mengenakan sangsi terhadap
pengemplang pajak. Usulan ini wajar mengingat potensi zakat di Indonesia
yang sangat besar, namun realisasinya masih sangat kecil.
Hasil penelitian Baznas/Laznas, Institut
Pertanian Bogor (IPB), dan Islamic Development Bank, potensi zakat di
Indonesia pada tahun 2013 mencapai Rp 217,3 triliun. Seandainya dana
tersebut dapat dihimpun dengan baik dan didistribusikan secara adil dan
merata guna memberdayakan ekonomi masyarakat bawah maka 21,73 juta
kelompok papa dapat menggerakkan roda ekonominya dengan modal Rp 10
juta/ orang. Sayang realisasinya tidak sebesar itu. Pada tahun 2012,
jumlah zakat yang dikelola Baznas “hanyalah” sebesar Rp 2,3 triliun.
Tetapi usulan Masdar tersebut tertolak
oleh situasi zaman di mana korupsi masih menggurita di tubuh birokrasi
pemerintahan Indonesia. Bahkan salah satu Ormas Islam pernah menyerukan
akan memboikot pajak jika ternyata uang rakyat banyak dikorupsi oleh
para pejabatnya.
Kendati demikian, secara substansial,
pola pengelolaan zakat yang diusulkan oleh Masdar patut
diimplementasikan. Melampaui aturan fiqh klasik, ia berpendapat bahwa
dana zakat tidak harus diperuntukkan secara individual bagi mereka para
penerima zakat, melainkan bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur
yang mendukung peningkatan aktivitas ekonomi rakyat, subsidi pertanian,
dan semacamnya.
Saya pribadi membayangkan, jika dalam
satu kecamatan ada lembaga pengelola zakat otoritatif yang bisa
meyakinkan warganya untuk menyalurkan kewajibannya di situ, lantas bisa
mengorganisasikannya secara baik, dengan laporan pertanggungjawaban
rutin yang terbuka seluas-luasnya bagi publik, insya Allah dalam beberapa tahun, masalah kesulitan pangan, biaya sekolah dan kesehatan, dan lainnya di wilayah tersebut akan tertuntaskan.
Jika dana yang dikelola besar, tentu
lembaga akan mudah memilah mana zakat konsumtif (bersifat santunan) dan
mana zakat produktif (bisa dikembangkan). Mana warga yang memang
mendesak untuk diberi zakat tunai, dan mana yang tidak.
Coba saja jika dana zakat yang terkumpul
dikembangkan dalam badan usaha berbentuk koperasi, di mana koperasi
memiliki unit usaha seperti toko serbaada (Toserba), klinik kesehatan,
dan lainnya. Pengelola, karyawan, dan konsumen adalah warga sendiri.
Sebagian keuntungan yang diperoleh dari unit usaha menjadi dana sosial
yang diperuntukkan untuk menyantuni fakir miskin secara rutin, pinjaman
modal usaha bagi warga, dan kepentingan umat lainnya. Warga, khususnya
penerima zakat konsumtif diwajibkan untuk berbelanja di koperasi itu
lagi agar perputaran dana terus berlangsung dan tidak keluar dari situ.
Namun praktik tentu tidak bisa berjalan
mudah. Selain butuh kesabaran pengelola, juga butuh perasaan saling
percaya antara pengurus dengan warga, dan sesama warga. Itu syarat
mutlak. Karena itu kontrol sosial aktif (amar ma’ruf nahi munkar) dari pelaku maupun penerima zakat harus dilakukan terus menerus agar tidak terjadi penyimpangan.
Dan negara yang memiliki otoritas
represif, berhak mengawasi, mengoordinir, dan menghukum lembaga-lembaga
zakat yang nakal. Dengan demikian masyarakat tetap nyaman berzakat tanpa
kehilangan kepercayaannya dan dana zakat dapat dioptimalkan oleh
lembaga-lembaga pengelolanya.
Menilik UU Nomer 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat yang kini sebagian pasalnya sedang diuji materikan di
Mahkamah Konstitusi (MK), semangat pemerataan sosial masih kurang
terakomodasi. Pasalnya UU tersebut lebih mengatur soal lembaga pengelola
zakat bukan mekanisme pengelolaan.
Sumber: Lazuardi Birru
QONA’AH DALAM MENERIMA KENYATAAN
Dalam hidup seseorang pasti pernah
mengalami kebingungan atau takut salah dalam menentukan pilihan, apalagi
ketika harus memilih antara dua pilihan yang keduanya diinginkan atau
tidak. Misalnya, saat seorang siswa SMA yang telah lulus kemudian
bingung apakah mau meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi atau
langsung bekerja.
Memang sulit memilih di antara dua hal
yang baik. Namun bagaimana pun sulitnya salah satu pilihan harus tetap
diambil karena jika tidak justru keduanya bisa hilang. Apabila kedua
pilihan hilang maka tentu penyesalan yang akan dialami. Banyak orang
berkata serahkan semua keputusan pada Allah SWT karena Dialah yang
berkehendak atas segala sesuatu. Tapi dalam kenyataannya, tidak semua
orang bisa menerima keputusan Allah SWT dalam hidupnya. Oleh karena itu,
setiap muslim harus memiliki sifat qona’ah. Di dalam Islam qona’ah
merupakan salah satu sifat terpuji.
Secara etimologi, qona’ah artinya
menerima apa adanya. Sedangkan secara terminologi, qona’ah berarti
menerima segala bentuk keputusan Allah SWT. Jika dilihat sepintas
definisi qona’ah hampir sama dengan konsep tawakal yang berarti
menyerahkan segala urusan pada Allah SWT. Tapi jika dilihat secara
mendalam antara tawakal dengan qona’ah sangat berbeda. Qona’ah lebih
menekankan tentang prilaku menerima apa adanya segala keputusan Allah
SWT, sedangkan tawakal berarti meyerahkan segala urusan pada Allah SWT.
Pertanyaannya adalah apakah kita siap
menerima segala keputusan Allah dalam setiap urusan dan kenyataan hidup.
Sebagai seorang muslim kita seyogyanya meyakini bahwa hasil dalam
setiap usaha adalah keputusan Allah SWT, meskipun kita telah menggunakan
segala bentuk usaha dalam proses untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Apabila seseorang memiliki rasa ikhlas
maka segala sesuatu yang terjadi atau menimpa kita selalu mengandung
hikmah. Meski hal itu berupa fitnah atau pun kejahatan sekali pun.
Misalnya, aksi kejahatan yang menimpa seseorang memiliki hikmah atau
pembelajaran bagi diri sendiri maupun orang lain yakni agar selalu
berhati-hati atau waspada.
Saat ini di tengah masyarakat banyak
fenomena prilaku yang menunjukkan tidak mau menerima kenyataan yang
terjadi. Sebagian orang selalu menginginkan apa yang diinginkannya
tercapai, tidak mau menerima perbedaan dan sebagainya. Padahal semua
yang terjadi mengandung hikmah, tapi kita tidak mau melihat dan
mempelajari hikmahnya. Salah satu contoh prilaku yang tidak siap atau
takut terhadap perubahan sosial yaitu tidak menerima pendapat orang lain
dan merasa pendapat dirinya atau kelompoknya yang paling benar. Mereka
menutup diri dari perkembangan budaya dan kemajuan zaman. Hal itu
mungkin karena pemikiran ortodok dan dogmatik yang berlebihan.
Ideologi ketauhidan memang sangat
penting sebagai dasar keimanan. Hal-hal yang mencoba untuk
menghancurkannya harus dihilangkan, tapi tidak harus selalu dengan cara
kekerasan apalagi terjadi sesama umat muslim. Sikap dialogis, musyawarah
dan menerima pendapat orang lain dengan tangan terbuka harus dilakukan
agar hikmah dari sesuatu tersebut dapat diraih. Kita harus menerimanya
dengan tangan terbuka, bukan dengan tangan menggenggam. Satu jalan atau
yang cara yang dipilih memang tidak jelas akan membawa kebaikan atau
keburukan di masa yang akan datang, tapi jelaslah dengan apa yang
sekarang dilakukan sekecil apapun itu, itulah yang disebut qona’ah dan
mungkin itulah kenapa qona’ah oleh Rasulullah SAW disebut sebagai harta
yang tidak pernah habis.
Rasulullah SAW bersabda: “Diharuskan pada kalian berqona’ah, karena sesungguhnya qona’ah adalah harta yang tidak pernah habis”, (H.R Thobroni).
Sumber: Lazuardi Birru
Minggu, 24 November 2013
ILTIZAM
Iltizam secara harfiah berarti mengokohkan. Dalam Islam, iltizam berarti mengokohkan agama dalam kehidupan. Seorang Muslim dperintahkan oleh Allah agar melakukan iltizam,
yakni mengokohkan aqidah, ibadah dan akhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari agar benar-benar menjadi Muslim yang sejati sebagaimana
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Kepada Nabi Yahya AS Allah berpesan:
”Wahai Yahya! Ambillah, pelajarilah Kitab Taurat itu, amalkan isinya,
dan sampaikan kepada umatmu Kitab Taurat itu dengan sungguh-sungguh. Dan
Kami berikan hikmah kepadanya, Yahya, berupa pemahaman Taurat dan
pendalaman agama selagi dia masih kanak-kanak” (QS. Maryam: 12).
Perintah Allah kepada Nabi Yahya untuk
mempelajari Kitab Taurat dengan sungguh-sungguh menjadi dasar bahwa
beriltizam dalam agama yang meliputi ‘aqidah, ibadah dan akhlak mulia
merupakan perintah Allah bagi setiap Muslim. Seorang Muslim wajib
mempertahankan agamanya dengan kuat, memahami agamanya dengan baik, dan
melaksanakan agamanya denngan sungguh-sungguh. Inilah makna iltizam dalam penerapan.
Beriltizam dalam ‘aqidah adalah
mengokohkan keyakinan, tidak ada tuhan selain Allah di dalam kalbu, yang
diperkuat dengan pengetahuan dan pengucapan, serta muncul dalam
perbuatan. Beriltizam dalam ibadah adalah membulatkan tekad, tidak akan
pernah beribadah kepada selain Allah, serta membulatkan tekad bahwa
tidak akan pernah meninggalkan shalat hingga akhir hayat. Beriltizam
dalam akhlak adalah membulatkan tekad untuk terus-menerus memperbaiki
akhlak dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan.
Sumber: Lazuardi Birru
Jumat, 22 November 2013
Pendidikan Menghadapi Globalisasi
Era globalisasi yang telah kita hadapi sebagai sebuah fakta tidak bisa diingkari. Semakin majunya zaman semakin canggih pula ilmu tekhnologi yang semakin hari semakin berkembang pesat. Pengetahuan dan tekhnologi menjadi hal yang terdepan yang harus diprioritaskan dalam era globalisasi ini. Langkah yang diambil oleh bangsa Indonesia untuk menghadapi globalisasi ini bisa melalui kader-kader terbaik bangsa ke negara-negara maju untuk menyerap pengetahuan dan tekhnologi.
Setelah itu menggalakakkan penelitian dan pengembangan di semua lembaga dan bidang untuk menghasilkan temuan-temuan baru yang orisinal dan spektakuler. Ataupun memperkokoh karakter bangsa. Mengapa harus diperkokoh? Karena globalisasi ini tidak hanya membawa dampak positif tapi juga negatif. Globalisasi sudah menembus semua penjuru dunia bahkan sampai daerah terpencil sekalipun, masuk ke rumah-rumah, membombardir pertahanan moral dan agama.
Betapa pentingnya pendidikan karakter digalakkan dengan sangat marak, agar lahir kesadaran bersama untuk membangun karakter generasi muda bangsa yang kokoh. Lembaga pendidikan menjadi sebuah pionir kesadaran pendidikan karakter. Karakter merupakan aspek yang penting untuk kesuksesan manusia di masa depan. Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat. Sedangkan mental yang kuat akan melahirkan spirit yang kuat karena bersifat pantang menyerah, berani mengarungi proses panjang, serta menerjang arus badai yang bergelombang dan berbahaya.
Seperti halnya di negara lain seperti Ameika Serikat, Jepang, China dan Korea, mereka menerapkan pendidikan karakter. Dan menurut penelitian bahwa implimentasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis. Namun ada juga beberapa tantangan seperti pengaruh negatif dari televisi, pergaulan bebas, dampak buruk internet, dampak negatif tempat karauke. Seperti dalam Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah karangan Jamal Ma’mur Asmani, penulis sangat cerdas menulis panduan-panduan untuk generasi bangsa.
Betapa banyak hal yang terdapat dalam buku ini. Semuanya sangat bermanfaat untuk menghadapi era globalisasi ini. Panduan yang cerdas untuk mendidik anak-anak. Dalam buku ini terdapat hal-hal seputar pendidikan karakter yang bagus, dengan membaca tips-tips yang efektif implementasi pendidikan karakter di sekolah semoga dapat bermanfaat untuk anak-anak didik kita semua.
Sumber: Lazuardi Birru
Rabu, 20 November 2013
Mengerti Untuk Melewati Masa Sulit
Sebagai orang tua selalu menginginkan
anaknya untuk menjadi anak yang sukses. Sehingga tanpa disadari banyak
orang tua yang salah mendidik anak-anaknya. Kebanyakan orang tua selalu
over protectif dalam mendidik anak-anaknya. Padahal mendidik anak
seharus nya bukan dengan cara otoriter namun harus mengerti dengan
keaadaan anaknya. Apalagi anak remaja. Anak remaja sifatnya masih sangat
labil. Di mana masa itu mereka hanya ingin dimengerti dan tak ingin
dikekang. Mereka ingin merasa bebas dan tak ingin diatur apa kemauannya.
Untuk menyiasatinya kita harus dekati mereka bukan memarahinya. Karena
semakin dimarahin maka meraka akan merasa duinianya menjadi tak indah.
Makanya itu sering kali banyak anak remaja yang merasa sangat terpuruk
dan mengikuti hal yang tak seharusnya diikuti.
Terkadang maksud orang tua itu sangat
baik agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang tak diinginkan. Namun
anak remaja tak ingin mereka dianggap masih anak-anak. Walau memang
terkadang masih banyak anak remaja yang bersikap seperti
kekanak-kanakan. Kalau sudah begini terkadang orang tua merasa serba
salah untuk menghadapinya. Agar mereka dapat terdidik dengan baik
sebaiknya diberikan pembinaan yang harus ditempuh oleh keluarga agar
mampu menjalankan perannya dalam mengawal setiap remaja dari rayuan
syahwat dan kehinaan. Misalnya, pembinaan iman sejak dini, pendidikan
aqidah, pendidikan agama, pendidikan akhlak. Dengan adanya pendidikan
agama yang diajarkan sejak dini mungkin anak-anak akan tumbuh menjadi
anak yang baik. Karena sudah terbiasa sejak kecil dididik untuk
berkelakuan baik.
Seperti halnya di dalam buku karangan
Adil Fathi Abdullah dengan judul “Sukses Melewati Masa Sulit” mengatakan
banyak orang tua yang mendidik anak-anaknya hanya dengan cara
menitipkan anaknya kepada pengasuh pribadi bisa dikatakan kepada baby
sister. Anak yang dibawah pengawasan baby sister sulit untuk terkontrol
sifatnya. Karena anak yang dijaga dengan baby sister akan menjadi nakal.
Mereka merasa kurang perhatian dari orang tuanya sehingga untuk
melengkapi rasa kasih sayang itu mereka mencari di luar. Di situlah awal
mereka menjadi remaja yang nakal.
Buku ini sangat bagus untuk dibaca.
Karena nasehat yang terdapat di buku ini sangat bermoral. Baik untuk
remaja maupun orang tua agar terhindar dari hal yang tak diinginkan.
Sumber: Lazuardi Birru
Selasa, 19 November 2013
Kritik Internal Terhadap Al-Qaeda: Bahaya dan Kesalahan Ideologinya
“Di antara contoh
toleransi Islam, ia tidak memaksa musuh-musuhnya untuk memeluknya,
bahkan membiarkan mereka bebas dengan akidah dan cara hidup mereka”
Kalimat di atas merupakan salah satu
pernyataan yang dituliskan oleh Karam Muhammad Zuhdi dan kawan-kawan,
dalam bukunya yang berjudul Kritik Internal Terhadap Al-Qaeda: Bahaya
dan Kesalahan Ideologinya. Karam sendiri merupakan anggota dewan syuro
organisasi Jamaah Islamiyah [JI] Mesir yang terlibat dalam aksi
pembunuhan presiden Mesir Anwar sadat pada tahun 1980. Setelah
menjalankan masa hukuman Karam dan beberapa mantan anggota JI mesir
menyusun berbagai buku yang berisi mengenai kesalahan pemikiran dan
ideologi organisasi mereka dan Al-qaeda yang merupakan ‘sempalan’ dari
organisasi JI Mesir.
Sumber: Lazuardi Birru
Senin, 18 November 2013
Sukses dengan Kemauan dan Usaha Jasa
Pengangguran setiap tahun semakin
bertambah. Dan akan diperkirakan bahwa angka pengangguran akan terus
meningkat karena kenaikan BBM, dan mungkin Karena krisis global yang
belum jug areda hingga saat ini. Sebenarnya tak ada orang yang ingin
dirinya menjadi pengangguran. Namun biasanya dari diri mereka lah yang
dapat merubahnya. Apakah mereka akan terus menganggur untuk sampai
mendapatkan pekerjaan atau mereka akan melakukan sesuatu untuk membuka
suatu lapangan pekerjaan sendiri. Dimana bisnis sendiri itu terkadang
lebih mendapatkan untung yang lebih banyak ketimbang bekerja di tempat
orang lain.
Di sini kita dapat menggali potensi diri
kita untuk sebagai modal meraih sukses. Ketika kita hendak melakukan
kegiatan itu ada baiknya kita mulai dari pikiran yang positif dan
berinisiatip untuk menjadi lebih baik. Karena pola pikir yang seperti
ini yang akan berpengaruh langsung pada sikap dan gaya hidup kita
sehari-hari. Di saat pikiran kita positif dan berinisiatif yang muncul
pada saat itu adalah memudahkan jalan untuk mencapai prestasi optimal
dalam belajar, berkarier ataupun berorganisasi.
Namun selain berfikir positif, hendaknya
kita memperluas dan membuka diri untuk mau menerima pendapat , saran
ataupun kritikan dari orang lain. Sehingga dengan mudahnya kita dapat
mengoreksi apa yang seharusnya tidak kita lakukan. Untuk menjadi orang
yang sukses jangan lah kita malu untuk mengakui yang telah terlanjur
kita lakukan. Jangan malu untuk memulai suatu hal yang akan membawa anda
menuju kesuksesan. Karena biasanya hina di mata manusia namun mulia di
mata Tuhan. Optimis dengan apa yang anda lakukan dan selalu semangat
untuk meraih kesuksesan. Suksesnya anda ada di tangan anda sekarang.
Sebenarnya ada dua pilihan menganggur
untuk menunggu datangnya peluang kerja atau menciptakan sendiri lapangan
kerja. Sayangnya para lulusan perguruan tinggi dicetak untuk menjadi
pencari kerja bukan sebagai pengusaha. Namun mengapa usaha jasa yang
dip[ilih? Karena inilah bentuk usaha yang paling sederhana tidak jauh
dari apa yang kita lakukan sebagai karyawan. Sebagai karyawan,
sesungguhnya seseorang menjual keahlian yang dimiliki dan tidak
memerlukan modal yang terlalu besar.Buku ini dapat menajdi pedoman bagi
kita yang ingin terjun untuk menciptakan pekerjaan baru.
Sumber: Lazuardi Birru
Jumat, 15 November 2013
Mendulang Prestasi dan Pahala dengan Seni Baca Al Qur’an
Bulan ini, mulai tanggal 9 hingga 20
Juni nanti, Musabaqah Tilawatil Qur’an nasional 2012 diselenggarakan.
Kota yang beruntung menjadi tuan rumah adalah Ambon, Maluku. Profil
Sobat Birru kita kali ini akan mengangkat salah satu peserta MTQ yang
merupakan wakil dari DKI Jakarta.
Rupanya tidak mudah menjadi wakil dari
provinsi yang selanjutnya akan dikirim ke MTQ tingkat nasional tersebut.
Ada beberapa tahap seleksi yang harus dilewati terlebih dahulu. Mulai
dari seleksi tingkat kecamatan dan seterusnya. Sehingga bisa dikatakan
peserta MTQ nasional adalah yang terbaik di provinsinya masing-masing.
Kira-kira demikian ringkasan
perbincangan Sobat Birru dengan Mastia Lestaluhu. Gadis kelahiran Ambon
ini akan mewakili DKI Jakarta dalam MTQ nasional XXIV pada cabang Sarhil Qur’an. “Tahun ini saya jadi peserts MTQ di Ambon cabang Sarhil Qur’an.
Jadi untuk cabang ini dalam satu team ada tiga orang. Satu orang
sebagai penceramah dan lainnya sebagai pembaca al Qur’an serta sari
tilawah,” tutur gadis yang biasa disapa Tia.
Dunia seni baca al Qur’an begitu lekat
dengan kehidupan Tia. Menurut pengakuannya, semenjak kecil dirinya sudah
diajari membaca al Qur’an oleh keluarganya. Adapun mulai benar-benar
belajar seni baca al Qur’an ketia Tia duduku di bangku kelas 3 SD.
Setahun kemudian gadis kelahiran 1 Mei 1993 ini langsung
mengikut-sertakan diri dalam berbagai ajang perlombaan Qiroatul Qur’an. “Pertama ikut MTQ kelas 4 SD mulai tingkat kabupaten dan lanjut ke provinsi. Tahun 2003 dan 2004 saya meraih juara 1 qari’ah cabang tilawah golongan anak-anak tingkat provinsi Maluku,” cerita Tia.
Kemerduan suara Tia tetap terjaga ketika
menginjak usia remaja. Terbukti pada tahun 2008 dan 2010, gadis
kelahiran Ambon ini menggondol juara 1 qari’ah cabang tilawah golongan remaja tingkat provinsi Maluku tahun 2008 dan 2010.
Ketika ditanya dari mana Tia memperoleh
energi, semangat dan motivasi sedemikian hingga dunia seni baca al
Qur’an benar-benar ia dalami. “Motivasi dari keluarga. Alhamdulllah
kakak-kakak juga qori’. Bahkan kakak saya juga mengajar seni baca al
Qur’an di rumah. Jadi saya termotivasi dari keluarga,” jawab Tia.
Dari sekian banyaknya perlombaan yang
telah diikuti, Tia mengaku begitu terkesan dengan Ihtifal Pengajian
Tinggi se-ASEAN di Malaysia tahun lalu. “Perlombaan yang paling
mengesankan di Malaysia kemarin. Ihtifal Pengajian Tinggi tingkat ASEAN.
Jadi yang mengadakan ASEAN. Saya ikut MTQ dan alhamdulillah saya juara
kedua 2. Selama 6 hari saya di Malaysia dan sangat terkesan dengan
acaranya,” cerita Tia.
Menjaga kondisi suara merupakan hal
terpenting bagi seorang Qori’. Dalam perbincangan, Tia sempat memberikan
tips agar suara tetap prima. “Biar suaranya terjaga, napasnya panjang,
nggak serak, jaga dari makanan berminyak, pedes, dan nggak minum es.
Jadi pastinya kalau mau tampil jauhi makanan dan minuman tersebut.
Namun sebenarnya bagi yang sudah profesional pantangan-pantangan
tersebut tidak masalah. Karena dia sudah tahu tehnik suaranya seperti
apa,”.
Meskipun sudah memiliki kemampuan di
atas rata-rata, Tia tak jemu-jemu berguru ke ahli-ahli seni baca al
Qur’an lainnya. Bahkan gadis Ambon ini mengaku memiliki idola
Syekh-Syekh dari Mesir yang tidak lain master dalam bidang seni baca al
Qur’an.
“Saya punya banyak idola qori’. Dari
luar negeri ada, Indonesia juga ada. Terutama dari Mesir seperti Mustofa
Ismail, Ramadhan Alindawi. Dari Indonesia guru-guru saya. Alhamdulillah
guru saya juga juara internasional seperti H. Muhammad Ali dan Muhajir.
Saya bertemu beliau-beliau ini ketika diperkenalkan guru saya
sebelumnya di MTQ,” kata Tia.
Nah bagi Sobat Birru yang tertarik
dengan seni baca al Qur’an, jejak langkah Tia bisa menjadi kompas. Seni
baca al Qur’an bukan sekedar perihal pelestarian budaya Islam atau
mencapai titik prestasi tertentu. Tetapi lebih dari itu semua seni baca
al Qur’an memiliki nilai ibadah.
Sumber: Lazuardi Birru
Kamis, 14 November 2013
Kelemahan Terbunuh Kekuatan
Manusia ada makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah SWT. Terkadang manusia sering kali tak pernah menyadari akan apa yang telah diperbuatnya. Hal-hal yang seringkali dibuat namun tanpa disadari bahwa hal tersebut terkadang dapat menjatuhkan dirinya atau mungkin dapat membuatnya menjadi seseorang yang di hebat di mata orang lain. Kelemahan dan kelebihan seperti itu lah yang terkadang membuat kita menjadi kurang percaya diri. Padahal setiap manusia itu selalu ada kekurangan dan kelebihannya tersendiri.
Namun tak sedikit orang yang sering sekali menyombongkan dirinya. Padahal dibalik kemampuannya ada kekurangan yang sering tak disadari. Seperti halnya sifat ego yang sering membuat seseorang merasa yang paling hebat. Padahal sifat ego itu yang terkadang membuat diri kita menjadi jatuh dihadapan banyak orang. Rasa ingin menang sendiri itu yang membuat orang disekitar kita menjadi tak suka pada kita. Selain sifat egois juga sering kali kita bersifat terlalu percaya diri.
Nah sifat terlalu percaya diri ini yang membuat kita tak mau mendengarkan apa pendapat orang. Sehingga membuat kita mendekat terhadap kegagalan. Karena sifat terlalu percaya diri itu yang membuat seseorang tak teliti. Namun sebaliknya seseorang pun tak boleh sampai melakukan hal yang tak percaya diri. Rasa tak percaya diri biasanya membuat kita jadi dikucilkan oleh orang sekitar. Karena rasa ini membuat kita tak berani melangkah dan melakukan sesuatu yang seharusnya jika dilakukan membuat kita menjadi orang yang lebih baik lagi.
Tak hanya itu saja, setiap manusia pasti mempunyai kelebihan yang dapat membuat dirinya menjadi sukses. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Jika kita mau berusaha dan terus berfikir positif bahwa semua yang kita lakukan akan berhasil maka semua yang tak mungkin akan menjadi mungkin. Seperti halnya di dalam buku, ”Managing Your Strengths & Weaknesses” karangan Gunandi Getol Ph.D. menjelaskan mengenai penemuan yang luar biasa mengenai karakter sifat manusia. Dan buku ini pun menemukan apa saja yang menjadi kekurangan manusia dan kelebihannya. Bahasanya yang mudah untuk dipahami dan jika membaca buku ini seolah-olah melihat berbagai perilaku kita sendiri. Sungguh luar biasa penemuan ini dan siapa pun yang ingin meningkatkan kualitas dirinya lebih baik membaca buku ini.
Sumber: Lazuardi Birru
Selasa, 12 November 2013
Jurnalisme Biasa Yang Luar Biasa
Apa gambaran Sobat Birru ketika mendengar istilah jurnalisme? Mungkin masih banyak di antara kita yang akan membayangkan para awak media skala besar yang bekerja di koran, tabloid, majalah, televisi ataupun radio. Para wartawan yang tak pernah lepas dari alat tulis dan recorder, kameramen yang kesana-kemari membopong video shooting atau fotografer yang mengabadikan momen-momen tertentu dalam jepretan kamera. Pun yang diliput adalah peristiwa besar seperti korupsi, demonstrasi atau acara kenegaraan misalnya. Tidak ada yang salah dengan semua asosiasi atau gambaran tersebut. Hanya saja ada juga lho jurnalisme dalam pengertian yang lebih longgar seperti yang diusung sobat birru kita kali ini.
Komunitas Djuanda namanya. Komunitas yang terletak di Tangerang Selatan ini merupakan tempat berkumpulnya generasi muda yang memiliki kesamaan hobi jurnalistik. “Berawal dari hobi yang sama, jurnalistik. Jadi awalnya kita sering liputan bareng, hunting foto bareng, membuat film bareng. Akhirnya terbentuklah semacam komunitas belajar jurnalisitik yang sepakat dinamakan Komunitas Djuanda. Nama Djuanda diambil karena letaknya di sekitar jalan Djuanda, itu aja sih filosofinya”. cerita Imam FR Kusumaningati tentang riwayat komunitasnya.
Yang menarik dari komunitas jurnalisme yang berdiri pada tahun 2009 ini adalah dijadikannya citizen journalism sebagai mazhabnya. “Citizen journalism atau jurnalisme warga kalau bisa dibilang mazhab komunitas kita. Jadi itu yang membedakan dengan komunitas-komunitas jurnalistik yang lain”. Tutur salah satu pengurus Komunitas Djuanda ini.
Lantas apa sih yang dimaksud citizen journalism ini? Menurut Imam citizen journalism atau jurnalisme warga adalah suatu bentuk kegiatan jurnalisme yang dilakukan oleh warga biasa. Semacam jurnalisme dari, oleh dan untuk masyarakat. “Jadi meliput hal-hal yang ada di sekitar; apa yang ditemui serta apa yang didapatkan hari itu. Di luar sana mungkin ada kasus korupsi atau kisruh di DPR. Bagi citizen journalism hal seperti itu terlalu jauh. Yang terpenting sebagai warga, kita meliput hal yang terjadi di sekitar kita. Dan saya kira justru hal-hal yang terdekat dengan kita memiliki nilai tersendiri dan merupakan problem yang riil. Jadi yang diliput bukan sesuatu yang mengawang-awang di sana, jauh”.
Semangat jurnalisme warga adalah berbagi apa, kapan dan di mana saja. Tentu saja yang dibagi adalah informasi yang bermanfaat bagi publik. “Yang ingin dibangun dari aktivitas ini adalah spirit to share. Jadi berbeda dengan jurnalis professional yang melakukan liputan atas penugasan dari redaksi”.
Menjadi seorang citizen journalism sangatlah mudah. Menurut Imam hobi ini semakin dipermudah dengan hadirnya media-media online seperti Facebook, Twitter dan Blog misalnya. Jadi sejauh yang di-share mangandung nilai guna bagi siapa saja maka para Facebooker dan Blogger sudah bisa dikatakan sebagai jurnalis warga. “Saya bisa katakan bahwa update status baik di Facebook maupun Twitter termasuk kategori jurnalisme warga. Bahkan sekarang sudah banyak media mainstream yang membuka diri untuk menampung laporan dari citizen journalism”.
Sudah banyak liputan-liputan Komunitas Djuanda yang baik langsung maupun tidak telah memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Tangsel pada khususnya. Misalnya ketika meliput persoalan sampah di pasar Ciputat dan Setu Kuru. Biasanya hasil liputan-liputan yang telah dilakukan diposting ke galeritangsel.com yang merupakan portal milik komunitas atau terkadang juga diadakan pemutaran video dokumenter di lingkungan setempat.
Menarik bukan hobi jurnalisme yang satu ini. Di samping sebagai jurnalisme biasa, artinya siapa saja bisa melakukannya, namun yang terpenting adalah kontribusi positif bagi lingkungan sekitar. Bahkan lebih jauh Imam mengungkapkan “Masyarakat mulai jenuh dengan pemberitaan media mainstream. Selalu ada kepentingan di balik pemberitaan. Ada udang di balik batu. Hadirnya citizen journalism bisa menjadi alternatif”. Jadi buat Sobat Birru yang mulai tertarik tidak ada salahnya mengikuti jejak yang telah diukir Komunitas Djuanda ini.
Sumber: Lazuardi Birru
Senin, 11 November 2013
Festival Film Mahasiswa Tumbuhkan Kreativitas Seni Mahasiswa
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Festival Film Mahasiswa
Indonesia (FFMI) 2013. Festival ini merupakan ajang penghargaan pertama
kali bagi insan dunia perfilman dari kalangan mahasiswa di Indonesia.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Ditjen Dikti Kemdikbud, Illah Sailah mengatakan, festival ini untuk
menumbuhkan kreativitas mahasiswa dalam bidang seni animasi dan
perfilman, sehingga mahasiswa mendapat wadah untuk mengembangkan
kreativitasnya.
“Mahasiswa harus mampu memproduksi
film-film yang memiliki nilai edukasi. Saya berharap melalui karya dan
kreatifitasnya mahasiswa Indonesia dapat berkontribusi dalam mewujudkan
bangsa Indonesia yang beradab,” ujar Illah dalam Acara Pengumuman
Pemenang FFMI 2013, di Gedung D Kemdikbud, (28/10/2013).
Menyambut ASEAN Community 2015, Illah
mengajak mahasiswa Indonesia untuk meningkatkan kreativitas dan
produktifitas dalam dunia perfilman, sehingga industri perfilman
Indonesia dapat bersaing di tingkat ASEAN.
“Ke depan, ajang penghargaan ini tidak
hanya bagi mahasiswa Indonesia, namun juga mahasiswa dari negara-negara
ASEAN lainnya,” katanya.
Film berjudul A Note of Love karya
mahasiswa Universitas Hasanuddin meraih terbaik I dalam kategori fiksi.
Untuk kategori dokumenter terbaik I diraih mahasiswa Universitas Esa
Unggul dengan film berjudul Sumber Kehidupan. Sedangkan terbaik I dalam
kategori animasi diraih mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro dengan
film berjudul Layang-layang.
Para pemenang mendapatkan uang tunai
sebesar Rp 15 juta. Selain itu, para pemenang juga mendapat plakat
penghargaan dari Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti
Kemdikbud.
Sebanyak 101 Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia turut serta mendaftar
dalam ajang ini. Sampai batas waktu yang ditentukan, dewan juri menerima
40 karya film dari berbagai perguruan tinggi. Film-film tersebut dibagi
ke dalam tiga kategori, yakni kategori fiksi, kategori dokumenter dan
kategori animasi.[as]
Sumber: Lazuardi Birru
Minggu, 10 November 2013
Cara Menghadapi Ujian
Pada umumnya, jika orang mendengar kata
ujian atau akan menghadapi ujian, seperti mau perang. Panik atau seperti
menghadapi momok yang sangat menakutkan dan menyeramkan sekali.
Apalagi, menjelang ujian belum mempunyai persiapan yang matang. Mungkin
anda pun mengalami kepanikan luar biasa, begitu jadwal ujian sudah mepet
di depan mata. Anda menjadi tegang dan tidak tahu mana lagi yang harus
didahulukan untuk dipelajari. Ada beberapa tips untuk menghilangkan
ketegangan-ketegangan ketika akan menghadapi ujian, sebagai berikut:
Pembentukan rasa percaya diri
Rasa percaya diri merupakan sumber energy
dan sikap optimis terhadap kemampuan diri sendiri untuk dapat
menyelesaikan segala sesuatu dan kemampuan untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian diri pada situasi yang akan dihadapi.
Persiapan
Persiapan jangka panjang dimulai sejak
awal pelajaran dengan belajar secara terencana, sistematis, teratur dan
disiplin. Persiapan jangan pendek dilakukan 1-2 bulan menjelang ujian.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu mengetahui acuan
pembobotan soal ujian, mengorganisasi waktu belajar, menjaga kebugaran
dan kesehatan, dan mengistirahatkan pikiran dari kesibukan belajar.
Tahap menjelang ujian
Pada hari pelaksanaan ujian dilaksanakan,
beberapa ketentuan yang harus anda lakukan antara lain; persiapkan
peralatan yang dibutuhkan untuk ujian dengan baik, dating ke ruang ujian
10 menit menjelang ujian, sebelum berangkat dari rumah menuju lokasi
ujian, anda harus sarapan terlebih dahulu, dan anda harus menghindari
kebiasaan buruk membahas dengan teman-temannya perkiraan soal yang akan
diujikan menjelang ujian dilaksanakan.
Tahap berlangsung proses ujian
Ketika proses ujian berlangsung ada harus
menulis nomor ujian atau nama dengan jelas dan terang pada kolom yang
telah disediakan pada lembar jawaban yang dibagikan. Bacalah
petunjuk-petunjuk ujian dengan teliti sebelum anda menjawab pertanyaan,
bacalah soal-soal ujian dengan teliti sebelum menjawab dan pahami benar
apa inti yang ditanyakan, kerjakan soal-soal yang lebih mudah terlebih
dahulu dengan tenang dan berpikir, sediakan waktu 5-10 menit untuk
mengoreksi lembar jawaban apakah penulisan jawaban sudah sempurna atau
belum, jika anda menyelesaikan jawaban sebelum waktunya habis,
pergunakan waktu yang tersisa untuk mengoreksi jawaban-jawaban yang
telah ditulis, periksa kembali nama anda, nomor ujian dan lain-lain
sebelum lembar jawaban diserahkan kepada pengawas ujian.
Pasca ujian
Jika anda mengalami kegagalan atau tidak
lulus dalam menghadapi ujian, anda tidak boleh putus asa. Kegagalan
bukan akhir dari segala-galanya, melainkan hal yang biasa dalam belajar
dan yang penting dibangkitkan adalah kesadaran untuk mengevaluasi
sebab-sebab kegagalan tersebut. Dari kegagalan tersebut dapat dijadikan
acuan untuk memperbaiki perencanaan dan sistematis belajar anda untuk
mengikuti ujian mendatang.
Sumber: Lazuradi Birru
Jumat, 08 November 2013
ISLAM DAN KEMAJUAN TEKNOLOGI
Di era modernisasi sekarang ini,
kehidupan kita tidak terlepas dari teknologi. Dalam kehidupan kita
sehari-hari banyak sekali hasil kreasi teknologi yang telah ditemukan
dan dikembangkan oleh para ilmuwan dunia, misalnya alat komunikasi (handphone), komputer,
pendingin ruangan dan lain sebagainya yang sering digunakan. Kreasi
tersebut merupakan bagian dari fakta teknologi yang tak bisa dipungkiri.
Pesatnya kemajuan teknologi juga sudah
terasa di semua aspek kehidupan kita. Para pengembang teknologi memang
sebagian besar seorang non-muslim, tetapi bukan berarti umat Islam tidak
bisa menjadi pengembang teknologi. Dalam Islam jika ingin
menciptakan/mengembangkan teknologi terlebih dahulu harus dipikirkan
manfaatnya, apakah lebih banyak manfaat kebaikannya atau justru lebih
banyak kejelekannya.
Setiap teknologi yang dikembangkan tentu
tidak hanya mengandung sisi baik saja, tapi juga ada dampak buruknya.
Hal itu seyogyanya dipertimbangkan oleh para pengembang teknologi. Dalam
kaidah fiqih Islam “Mencegah kerusakan dari sesuatu harus lebih didahulukan dari pada menarik manfaat dari sesuatu tersebut”. Kaidah fiqih tersebut yang melandasi kenapa tidak banyak ilmuan-ilmuan muslim mengembangkan teknologi informasi.
Sebagai umat muslim yang hidup di era
modernisasi, kita juga tidak harus menutup mata dengan kemajuan
teknologi yang ada. Kita bisa memanfaatkan teknologi untuk kepentingan
agama, misalnya sebagai sarana dakwah dan syiar Islam dan lain
sebagainya. Karena itu umat muslim mempunyai keharusan untuk belajar
mengembangkan teknologi, agar tidak kalah dengan para saintis
non-muslim. Tetapi tentu saja berbeda dengan teknologi yang dikembangkan
oleh para ilmuan Barat.
Teknologi yang dikembangkan oleh para
ilmuan muslim harus berdasarkan kaedah-kaedah ajaran agama, agar
bermanfaat bagi agama dan umat manusia. Bayangkan jika para cendekiawan
muslim mampu menciptakan dan menguasai teknologi canggih yang bermanfaat
bagi umat manusia maka syiar Islam pun akan berkembang pesat. Islam
merupakan agama yang tidak mendikotomikan keilmuan antara ilmu umum dan
ilmu agama.
Untuk menjadi pengembang teknologi
tentunya terlebih dahulu kita harus mempelajari ilmunya meski dari
non-muslim. Agama mengajarkan menimba ilmu bisa dari siapa pun, guru,
orang tua, teman sebaya, bahkan dari orang yang berbeda agama sekali
pun. Namun, ketika kita belajar kepada non-muslim harus mengetahui
batasan-batasan dan etikanya. Kita diperbolehkan menuntut ilmu kepada
non-muslim hanya terbatas pada ilmu duniawi, tapi bukan urusan ukhrowi.
Untuk ilmu akhirat atau ilmu agama kita tidak diperbolehkan
mempelajarinya kepada umat non-muslim. Seperti firman Allah dalam ayat
terakhir Surat Al-Kafiruun :
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (Q.S. Al Kafirun: 6).
Dalam ayat tersebut sudah sangat jelas
bahwa tidak ada toleransi dalam mempelajari agama. Islam juga
mengajarkan bahwa setiap muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu sejak
dilahirkan hingga akhir hayat, baik ilmu duniawi maupun ilmu agama. Jika
sudah mengetahui ilmunya maka menjadi suatu keharusan bagi kita untuk
mulai menjadi pencipta-pencipta teknologi di masa sekarang ini, agar
bukan hanya sekedar pengguna dari produk teknologi yang ada.
Dengan mulai menciptakan inovasi-inovasi
baru teknologi, setidaknya kita sudah mengenalkan bahwa Islam bukanlah
agama yang ajaran-ajarannya hanya terpaku pada ilmu-ilmu ketuhanan
(agama) saja, tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi yang sifatnya
duniawi. Bukan hal yang tidak mungkin juga jika suatu saat Islam akan
menjadi agama yang mampu bersaing dan bahkan bisa menguasai pasar-pasar
teknologi internasional, tapi tentu saja masih dalam koridor-koridor
atau hukum-hukum keIslaman. Semua itu hanya akan terwujud jika para umat
muslim terutama generasi muda muslim mulai menciptakan inovasi-inovasi
baru dalam bidang teknologi bukan hanya sekedar menjadi pengguna saja.
Mengembangkan potensi-potensi yang telah
Allah SWT berikan pada diri kita dengan mulai menciptakan hal-hal baru
dalam bidang teknologi demi kelancaran, kemajuan serta kemaslahatan umat
muslim di era modernisasi ini, adalah sebuah interpretasi yang harus
dilakukan sebagai agent of change. Allah SWT berfirman :
“Niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Mujaadilah:11)
Sudah saatnya umat muslim bangkit
membuka mata dan mulai melebarkan sayap untuk sebuah era baru teknologi
yaitu era teknologi Islam. Sudah saatnya umat muslim mulai menyuarakan
dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui teknologi modern. Sudah
saatnya juga para cendekiawan muslim mulai meningkatkan potensi-potensi
diri yang ada. Jika tidak kita mulai dari sekarang maka kapan lagi? kita
tidak bisa selamanya terdiam hanya sebagai penonton dan pengguna
teknologi yang telah berhasil dikembangkan oleh ilmuan Barat.
Teknologi Islam yang berlandaskan kepada
Al-Qur’an akan sangat jauh lebih bermanfaat. Maka mulailah memahami dan
mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri kita, mulailah
perubahan itu pada diri kita sendiri dan mulai pada saat ini. Wallahu’Alamu bisshawaaf.
Sumber: Lazuardi Birru
Kamis, 07 November 2013
Cara Mengatasi Rasa Tidak Suka pada Guru
Rasa tidak suka siswa pada guru terbentuk dari pengkristalan perasaan kecewa, ketidakpuasan, iri hati dan marah yang menjadi wujud antipati dan kebencian. Kebencian pada guru membawa konsekuensi turut dibenci dan tidak disukainya pelajaran yang diberikan guru tersebut. Secara jujur, yang akan rugi adalah siswa sendiri.
Mencari kompensasi untuk mengalihkan rasa
kebencian pada guru dengan membolos, membuat kegaduhan dengan cara
mengganggu teman, ketika berlangsung kegiatan belajar, menantang guru,
mengobrol, makan-makanan ringan, mondar-mandir dalam ruangan kelas atau
mencorat-coret buku tentu tidak bijaksana dan bukan jalan keluar yang
baik, bahkan hanya akan merugikan diri Anda sendiri. Lebih baik, Anda
mengubah kebencian dan antipati pada guru tersebut menjadi sumber
kekuatan Anda dalam belajar. Untuk itu Anda harus melakukan beberapa
hal, sebagai berikut:
Membuang rasa benci dan antipati
Rasa benci dan antipati terhadap guru
harus dilenyapkan dari lubuk hati Anda. Kita harus melihat dan menerima
kenyataan bahwa guru ada manusia biasa yang tak luput dari kesulitan.
Ketika guru mengajar juga mengalami kesulitan dalam mempersiapkan diri
karena beberapa factor yang menghimpitnya. Begitu juga, dia gagal
menjembatani jalan pikiran Anda sehingga Anda mengalami kesulitan dalam
menguasai materi yang disajikannya. Jika Anda tetap memupuk rasa benci
dan antipati pada guru, maka akan semakin menjauhkan Anda dari guru,
sehingga pelajaran bisa gagal.
Mengubah cara pandang tentang hukuman
Anda harus dapat mengubah cara pandang
mengenai hukuman yang diberikan guru kepada Anda. Cobalah melihat
hukuman sebagai proses penyadaran dan tantangan bagi Anda untuk lebih
giat belajar. Dalam belajar Anda harus mengenyampingkan rasa malu,
amarah, dan rasa sakit hati. Hukuman merupakan cambuk dan tantangan
untuk dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan bagaimana cara menguasai
materi pelajaran.
Mengembangkan pola belajar aktif
Pola belajar yang selama ini bersifat
pasif harus diubah menjadi bersifat aktif. Saat ini Anda harus berani
mengungkapkan ketidaktahuan dan keingintahuan kepada guru dengan banyak
mengajukan pertanyaan yang bersangkutan dengan materi yang diajarkannya.
Pola belajar aktif akan membuat guru lwbih mwngoptimalkan pemberian
ilmu yang dikuasai oleh guru. Suasana belajar pun akan berubah menjadi
lebih bergairah dan merangsang motivasi belajar.
Belajar jangan dengan pikiran kosong
Ketika Anda mengalami peristiwa belajar
di sekolah tidka boleh dengan pikiran kosong. Caranya, sebelum pelajaran
yang akan dipelajari terlebih dahulu dipelajari di rumah. Hal yang
belum dipahami di rumah nanti bisa ditanyakan kepada guru di sekolah.
Memiliki teknik belajar yang baik
Anda harus memiliki teknik belajar yang
baik. Dengan memiliki teknik belajar yang baik akan membantu Anda cara
mengoperasinalkan cara bernalar, menyusun kerangka berpikir langkah demi
langkah, dan bagaimana mengaktifkan simpul-simpul rasa ingin tahu Anda.
Berpikir kritis
Anda harus membiasakan diri untuk
berpikir kritis. Berpikir kritis di sini bukan membiasakan diri
melakukan perdebatan namun untuk menggali suatu pemahaman yang utuh dan
mendalam. Berpikir kritis di sini artinya mempertanyakan segala hal yang
berhubungan dengan yang dipelajari secara detail. Pertanyaan yang
dikembangkan untuk mengetahui manfaat, proses terbentuknya, hubungannya
dengan lain hal, dan cara mengerjakan. Semakin aktif bertanya, semakin
banyak Anda tahu dan guru pun bersemangat untuk menjelaskan materi
pelajaran secara menyeluruh.[]
Sumber: Lazuardi Birru
Sumber: Lazuardi Birru
Selasa, 05 November 2013
SIKAP PADA ORANG KAFIR
Secara harfiyah, kafir berasal dari kata kafara
yang artinya menutup, yakni menutup hati dari keimanan dan ketundukan
kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang benar. Orang yang bersikap kufur
kepada Allah dalam arti tidak mengakui Allah SWT sebagai Tuhan yang
benar disebut dengan kafir. Sikap dan perbuatan yang mencerminkan
kekufuran merupakan sesuatu yang tidak disukai Allah SWT, karenanya Dia
tidak suka kepada orang yang kafir, Allah SWT berfirman:
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika
kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
kafir”. (QS Ali Imran [3]:32).
Sejak awal misi dan dakwahnya,
Rasulullah SAW selalu mendapat bimbingan dari Allah SWT agar memiliki
sikap yang tegas terhadap orang-orang kafir dalam memegang
prinsip-prinsip keislaman, bahkan ketegasan ini tidak hanya harus
dimiliki oleh seorang Nabi, tapi juga oleh setiap muslim yang menjadi
pengikut Nabi dan pelanjut risalahnya. Karena itu, kaum muslimin harus
menunjukkan loyalitas (kesetiaan) kepada sesama muslim, bukan kepada
orang kafir, meskipun ia saudara sendiri dari sisi hubungan darah. Allah
SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu
pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas
keimanan dan siapa diantara kamu yang menjadikan mereka
pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS At
Taubah [9]:23).
Agar kita tidak termasuk orang yang
setia kepada orang kafir, perlu kita pahami apa saja bentuk-bentuk
kesetiaan pada orang kafir itu. Paling tidak, ada empat bentuk kesetiaan
pada orang kafir yang bisa kita rujuk kepada Al-Qur’an dan Al Hadits.
1. Menyerupai Sikap dan Tingkah Laku Kekafiran.
Menyerupai orang kafir dalam sikap dan
tingkah laku yang bertentangan dengan Islam membuat seorang muslim
termasuk ke dalam golongan orang kafir, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari mereka (HR. Abu Daud).
Menyerupai hal-hal yang dilakukan orang kafir namun tidak bertentangan dengan ajaran Islam tidaklah termasuk dalam kategori tasyabbuh
atau meniru-niru mereka, misalnya orang kafir pakai jas dan dasi, tidak
mengapa orang Islam menggunakannya juga. Namun bila orang kafir baik
lelaki maupun wanitanya membuka aurat lalu kaum muslimin menirunya, maka
inilah namanya meniru-niru mereka sehingga hal itu termasuk setia
kepada mereka, begitulah seterusnya dalam segala hal yang bertentangan
dengan nilai-nilai akidah, syari’ah dan akhlak yang bertentangan dengan
Islam, meskipun mereka yang kafir itu bukan dari barat.
2. Menjadikan Teman Kepercayaan
Menjadikan orang kafir sebagai teman
kepercayaan membuat mereka dijadikan sebagai tempat untuk konsultasi
guna membantu memecahkan persoalan umat Islam yang membuat dibocorkannya
rahasia umat Islam kepada mereka, padahal mereka membenci umat Islam,
sehingga bisa jadi solusi atau pemecahan masalah yang diberikannya
justeru akan merusak umat Islam. Karena itu jangan sampai seorang muslim
menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan apalagi dikalangan
muslim sebenarnya ada yang mampu dan lebih pantas menjadi teman
kepercayaan, Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang diluar
kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang apa yang menyusahkan kamu.
Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan
oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu
ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya”. (QS Ali Imran [3]:118).
Mengawali komentarnya terhadap ayat di
atas, Quraish Shibab dalam tafsirnya menyatakan: Harta dan kecantikan
atau ketampanan, apalagi bila ditawarkan kepada seseorang dapat
menjerumuskannya. Orang-orang kafir tidak segan-segan menggunakan
keduanya untuk menarik hati kaum muslim, sehingga daya tarik itu
melahirkan persahabatan yang sedemikian kental sampai-sampai
rahasia-rahasia yang tidak sewajarnya diketahui pihak lainpun dibocorkan
kepada mereka yang bermaksud buruk itu.
3. Memuji Kemajuan yang Mereka Capai.
Dalam perkara duniawi kita akui bahwa
orang-orang kafir apalagi pada zaman sekarang memperoleh kemajuan yang
luar biasa, khususnya dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini
membuat mereka termasuk dalam menata kehidupan di negerinya bisa
berwujud pada keteraturan dan kedisiplinan yang serba otomatis dengan
daya dukung teknologi itu. Hal ini memang membuat umat manusia menjadi
kagum kepada mereka sehingga tidak sedikit dari kaum muslimin yang
menunjukkan kekaguman itu secara berlebihan hingga memuji mereka
“setinggi langit”, padahal banyak aspek kehidupan mereka yang lebih
prinsip dan berharga sebagai manusia justeru mengalami kehancuran.
Loyalitas umat Islam terhadap orang
kafir sampai ditunjukkan dalam bentuk pujian yang tidak berdasar seperti
kalimat “mereka sudah Islam, hanya belum bersyahadat”. Pujian seperti
ini membuat umat Islam lainnya menjadi minder sebagai muslim, padahal
sebenarnya hal itu hanya kemajuan dan kenikmatan yang kecil, Allah SWT
berfirman:
“Dan janganlah kamu tujukan kedua
matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari
mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami coba mereka dengannya.
Dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS Thaha
[20]:131).
Ayat di atas menyebutkan bahwa kemajuan
yang mereka capai itu seperti bunga kehidupan, sebagaimana bunga yang
hanya beberapa saat mekar dan indah, lalu setelah itu habis, kesemua itu
sebenarnya untuk menguji kaum muslimin, apalagi sebenarnya umat Islam
juga bisa mencapai ilmu dan teknologi sebagaimana yang mereka capai,
bahkan lebih hebat dari itu.
4. Memintakan Ampun bagi Mereka
Bentuk loyalitas muslim terhadap orang
kafir yang juga sangat tidak dibenarkan adalah memohonkan ampun untuk
mereka, padahal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan, karena
tidak ada ampunan untuk orang yang mati dalam kemusyrikan. Allah SWT
berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni
dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa
selain syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.” (QS An Nisa [4]:116).
Karena Allah SWT tidak akan mengampuni
orang kafir dengan sebab kemusyrikannya, maka seorang muslim, bahkan
termasuk Nabi tidak boleh berdo’a memintakan ampun bagi mereka meskipun
mereka adalah anggota keluarga kita sendiri, apalagi bila sudah
meninggal dunia. Allah SWT berfirman:
“Tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi
orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum
kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik
itu adalah penghuni neraka jahannam”. (QS At Taubah [9]:113).
Dari uraian di atas, menjadi jelas bagi
kita bahwa loyalitas kepada kaum muslimin harus kita tunjukkan,
sedangkan kepada orang kafir harus kita hindari, namun bukan berarti
kita tidak boleh bergaul dengan mereka, pergaulan kita dengan
orang-orang kafir hanyalah sebatas hubungan kemanusiaan, itupun tidak
sampai melanggar ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Sumber: Lazuardi Birru
Minggu, 03 November 2013
Jihad
Jihâd secara bahasa berasal dari kata kerja ja-ha-da yang berarti jadda, bersungguh-sungguh dan bekerja keras. Jihâd juga berarti bekerja dengan sungguh-sungguh hingga mencapai hasil yang optimal. Al-Qur`an menyebut istilah jihâd dengan segala perubahan bentuknya sebanyak 36 kali. Melalui ayat-ayat jihâd pada beberapa surah tersebut Al-Qur`an menjelaskan makna jihâd dengan konteks pembahasan yang beragam, namun semuanya menjelaskan bahwa jihâd menurut Al-Qur`an adalah perjuangan untuk mewujudkan al-salâm,al-salâmah,al-shalâh dan al-ihsân, yaitu
perjuangan untuk mewujudkan perdamaian, kesejahteraan, dan perbaikan
kualitas hidup kaum Muslimin sesuai dengan ajaran Al-Qur`an. Perjuangan
untuk mewujudkan pesan perdamaian Al-Qur`an ini dinamakan jihâd fî sabîlillâh atau perjuangan pada jalan Allah.
Jihad pada jalan Allah dapat dilakukan
dengan dua cara.Pertama dengan perang melawan musuh-musuh Allah. Kedua,
dengan memperbaiki kualitas sosial kaum Muslimin seperti: (1) Perjuangan
untuk melindungi dhu’afa dari kekufuran, kefakiran, kemiskinan, dan
ketertinggalan. (2) Mendorong kaum muslimin untuk mengamalkan agama
dengan sebaik-baiknya. (3) Membangun sarana dan prasarana dakwah,
pendidikan, pusat penelitian dan pengembangan sains dan teknologi. (4)
Membangun kualitas hidup kaum muslimin agar menjadi umat yang cerdas
secara intelek, emosi, dan spiritual. (5) Mendorong umat agar peduli
terhadap masalah-masalah sosial dan kemanusiaan guna mewujudkan
perdamaian bagi seluruh umat. (6) Menyadarkan umat tentang perlunya
menjaga kesehatan secara kuratif, preventif dan promotif, agar umat
Islam menjadi komunitas yang sehat dan memiliki SDM yang unggul.
Al-Qur`an membimbing kaum Muslimin
menjadi umat cinta damai, bahkan menjadi pejuang perdamaian; namun
Al-Qur`an pun Muslimin membolehkan kaum Muslimin untuk memerangi siapa
saja yang tidak memiliki niat baik untuk berdamai. Perang menurut
Al-Qur`an itu merupakan pilihan paling akhir, pintu darurat yang hanya
diizinkan apabila kaum Muslimin dizalimi, dan diperlakukan tidak adil.
Oleh sebab itu, perang hanya diizinkan untuk membela diri, melindungi
kaum dhu’afa dan membela hak-hak kaum tertindas dengan tata cara dan
etika perang yang profesional, santun dan ramah dengan tidak melampaui
batas (QS. Al-Baqarah/2: 190). Kaum Muslim bukan aggressor.
Cinta damai dan bersedia berdamai dengan siapa saja, tetapi memiliki
harga diri. Jika dizalimi akan bangkit untuk membela diri, termasuk
dengan perang. Perang merupakan alternatif terakhir dan jihad bukan
hanya dengan perang.
Sumber: Lazuardi Birru
Langganan:
Postingan (Atom)